Di lain waktu, saya harus pindah rumah ke desa lain. Karena riweh boyongan saya tidak sempat pamit pada kakak dan suaminya. Saya pikir, nantilah kalau semua sudah beres baru saya akan menemui mereka.
Esoknya malah kakak dan suaminya yang datang berkunjung ke rumah baru saya. Dan, saya kaget bukan kepalang ketika suami kakak bilang begini, "Lik, kamu sudah sehat, kan? Tadi malam saat pamit wajahmu pucat sekali. Kami khawatir kamu kenapa-napa."
"Pamit?" Saya menatap bingung.
"Iya. Kamu pamit sambil nangis ndrenginging..." Kakak perempuan saya menambahkan.
Waduh.
***
Kisah Ketiga
Anak laki-laki saya yang nomor tiga suka sekali camping dan mendaki gunung. Sebagai ibu saya kadang merasa was-was terutama jika cuaca sedang tidak bersahabat.
Suatu hari dia berangkat menuju puncak Semeru bersama teman-temannya.
Anehnya, tengah malam mendadak saya terjaga dari tidur. Saya baru saja bermimpi memeluk anak lanang erat-erat. Perasaan saya sontak tidak enak. Firasat apa ini?
Saya lantas beranjak mengambil air wudhu. Sholat malam dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa.