Ya. Tahu apa ia tentang diriku? Tahu apa ia tentang hatiku?
"Jangan memasang muka masam begitu. Aku hanya berusaha menebak. Jika hatimu memang sudah merdeka, tentu kau tidak berada di sini, membiarkan ragamu menggigil di tengah malam seperti ini."
"Aku --- hanya ingin melupakan."
Berkata begitu tiba-tiba saja mataku basah. Mungkin aku bingung menerjemahkan antara kata merdeka dan melupakan.
"Pulanglah, Nona. Pulanglah ke rumahmu yang hangat. Merdekakan hatimu dengan belajar ikhlas."
Ryan berdiri. Mengibaskan belakang celananya yang kotor. Lalu mengarahkan pandang tepat ke pusat manik mataku.
"Aku juga pernah patah hati. Dan, aku menyesal terlanjur melakukannya." Ryan masih geming menatapku.
"Memang apa yang kau sesali?" Aku mencibir.
"Aku menyesal karena tidak mau belajar ikhlas. Aku terburu menganiaya diriku sendiri."
"Maksudmu?"
"Aku terjun dari jembatan ini, Nona. Tepatnya tujuh hari lalu."