Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Seharusnya Aku Tidak Pulang

8 Mei 2021   06:58 Diperbarui: 12 Mei 2021   01:00 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kampung halaman. (sumber: pixabay.com/umihir)

Telpon dari Ibu kembali berdering. Mengabarkan kondisi terkini Bapak.

"Bapakmu sakit, Jeng. Pulanglah!"

"Tapi Bu ..." aku sengaja menghentikan kalimatku.

"Iya, Ibu paham. Tapi ini demi kesehatan Bapakmu, Nduk. Pulanglah." Sekali lagi Ibu membujukku.

"Baiklah, Bu." Akhirnya aku mengalah. Sekalipun --- ya, sekalipun dengan hati yang terasa amat berat.

***
Aku segera menyampaikan perihal kepulanganku pada Mas Pram. Tentu saja ia dengan senang hati memberi izin. Apalagi sejak dulu Mas Pram berharap hubungan kami --- antara aku dan Bapak yang merenggang kembali pulih.

"Bapak pasti merindukanmu, Jeng. Apalagi kau adalah anak satu-satunya. Jadi tunggu apalagi? Pulanglah." Mas Pram tersenyum seraya menyentuh pundakku dengan lembut. Sejenak jantungku berdegup kencang.  

Benarkah Bapak merindukanku? Benarkah? Setelah pertengkaran hebat kami di malam itu yang berujung Bapak tega mengusirku dengan kalimat amat melukai.

Kembali ingatanku mengembara pada peristiwa beberapa tahun silam.

Masalahnya pada Bapak, ia tidak menyetujui hubunganku dengan Mas Pram. Pria yang berhasil membuatku menemukan kembali cinta yang hilang. Pria yang di mata Bapak tidak bisa diandalkan karena terlalu sederhana.

"Menikahlah dengan lelaki yang tepat, Jeng! Bukan dengan lelaki yang tidak jelas asal-usul dan pekerjaannya!" tegur Bapak sinis membuatku memilih berlari mengunci diri di dalam kamar. Dan, nyaris seharian itu aku tidak menampakkan diri. Aku sangat tersinggung dengan kata-kata yang barusan dilontarkan oleh Bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun