Perasaan apa ini?Â
Ia mendengar suara tangis bayi. Lalu tangis itu berubah menjadi celoteh. Sekejap kemudian, celoteh itu berubah menjadi tawa riang.
"As! Ini anakmu! Senja Ryanti. Ia sudah bisa berjalan!" Itu suara Mbak Yun.
"As! Lihatlah ia. Ryanti-mu! Ia memanggil-manggilmu Ibu!" Itu suara Bang Rahman.Â
Silih berganti suara itu berdengung. Berputar-putar memenuhi rongga kepala Astuti.
"As! Ini aku. Ryan!"Â
Deg. Bagai terjatuh dari atap langit, Astuti merasakan tubuhnya terjengkang. Perlahan ia membuka mata. Kabur. Pening. Ia mengatupkan pupil matanya kembali.
"Ibu..."Â
Suara itu. Ah, ya, suara itu! Astuti terjaga. Matanya basah.
"Ryanti..." bibirnya  bergerak pelan. Matanya terbuka sedikit. Saat matanya benar-benar terbuka, ia melihat, begitu banyak cinta bertaburan di hadapannya. Ada Ryan yang memeluknya erat. Ada Ryanti yang menciuminya tiada henti. Ada Mbak Yun, Bang Rahman, dan Arsyad, calon menantunya yang berdiri menatapnya dengan penuh rasa syukur.
Ini senja terpanjang di bulan Juli. Tapi sayangnya, kisah ini harus berakhir sampai di sini.