Arsyad kembali berdiri. Ia menggamit pundak Ryanti.
"Ry, kita harus menemui beliau sekarang. Aku akan mengantarmu."
"Mengantar aku menemui Ibu Astuti, Ar? Kau tidak malu?"
Arsyad menggeleng.
"Ayah juga, Ry. Ayah ingin ikut pergi bersama kalian." Entah sejak kapan Ryan berdiri di situ. Di antara mereka---anak gadisnya dan calon menantunya.
Ini jalan terpanjang menuju cinta yang harus dilalui Ryan dan Astuti. Dan pertemuan keduanya sungguh sangat mengharukan.
"As, ini aku," Ryan mendekatkan bibirnya ke telinga perempuan yang sangat dicintainya itu. Perempuan yang dipisahkan darinya selama bertahun-tahun.
"As...bukalah matamu," Ryan mengecup kedua mata yang pelupuknya mengatup rapat.
Ryan nyaris menangis. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Tapi laki-laki itu tidak mau putus asa.Â
Kali ini ia mendekatkan wajah tirusnya. Dikecupnya bibir pasi yang dingin itu. Lama ia memagut di sana.
Astuti terjengah. Rasa hangat menjalari sekujur tubuhnya yang selama ini berasa mati. Jiwanya yang semula hanya melayang-layang serupa kepingan awan di udara mulai meluruh. Hatinya tiba-tiba berdegp.Â