Percakapan di tengah malam itu terhenti sampai di situ, tersebab mendadak pandangan kami tertuju pada sebuah benda aneh. Benda semirip gelang yang dilingkari oleh api. Dan benda aneh itu berputar-putar tiada henti di ruang tamu.
"A-pa itu, Ma?" Anak lanang beranjak dari pangkuan sembari memegang erat lengan saya. Saya tertegun, tidak mampu menjawab sepatah kata pun. Saya tetap duduk diam mematung di atas sajadah seolah terhipnotis.
Sementara benda aneh tak dikenal itu terus saja berputar-putar di ruang tamu seperti gasing.
Sampai kemudian tiba-tiba anak lanang berdiri dan berlari ke arah pintu yang menjadi pembatas antara ruang tengah dan ruang tamu. Tangannya yang mungil tergopoh menggeser daun pintu yang terbuat dari kaca. Sekuat tenaga.
Bersamaan dengan itu benda aneh yang dikitari bola api itu, yang masih berputar-putar di ruang tamu meluncur cepat ke arah kami.
Duuuuuaaaar...!!!
Bola api menabrak pintu kaca yang sudah tertutup rapat dan terpental jauh entah ke mana.
Sontak saya tersadar. Lalu berdiri. Gegas memeluk anak lanang yang bersandar pada dinding.
"Astagfirullah halazim. Kamu tidak apa-apa, Le?" Saya mendekapnya kuat-kuat. Sekujur tubuh saya mendadak gemetar hebat.
Saya bersyukur anak lanang dalam keadaan baik-baik saja. Ia bahkan terlihat jauh lebih tenang dibanding diri saya.Â
Saat melihat ibunya masih berdiri gemetar, anak lanang mengulurkan tangan. Lalu tanpa berkata apa-apa ia membimbing saya masuk ke dalam kamar tidur.