Suatu malam saya bermimpi. Gaun panjang yang saya kenakan terbakar api pada bagian ujung-ujungnya.
Mimpi itu membuat saya terbangun dan dihinggapi rasa gelisah. Saya jadi teringat kata-kata para sesepuh, jika seorang istri bermimpi demikian---baju atau pakaiannya terbakar itu suatu pertanda bahwa akan atau telah terjadi sesuatu di dalam kehidupan rumah tangganya.
Terjadi sesuatu? Mendadak dada saya berdebar-debar.
Untuk mengusir kegelisahan yang kian mengusik, saya memutuskan beranjak dari tempat tidur, mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat sunah tahajud dua rakaat.
Ketiga anak saya masih tertidur pulas di kamar masing-masing. Kecuali anak nomor dua yang mendadak ikut terbangun karena mendengar air kran di kamar mandi masih mengucur.
"Mama tidak tidur?" Bocah lanang usia tujuh tahun itu mendekati saya yang baru usai melaksanakan sholat dan masih menggelar sajadah di ruang tengah. Saya mengangguk.
"Masih tengah malam, Le. Kamu tidur saja lagi, gih," saya mengingatkan seraya menyentuh kepalanya dan mengelus lembut rambutnya yang sedikit gondrong.
Anak lanang tidak menyahut. Ia malah meletakkan kepalanya di atas pangkuan saya.
Malam kian meluruh. Menjatuhkan hening di atas atap-atap rumah penduduk yang pulas dibuai mimpi.
"Ma, Papa ke mana, kok lama nggak pulang-pulang?" Anak lanang kembali bertanya. Kali ini dengan suara pelan.
"Papa ada tugas di luar kota, Le. Mungkin besok pagi sudah pulang. Kamu kangen, ya?"