"Jangan menghalangiku. Bukan aku yang membuat perjanjian gila itu. Dan, ingat. Aku yang mengandung bayi ini. Maka aku berhak sepenuhnya atas dia!" Ratmi menepis tangan suaminya.Â
Perlakuan kasar Ratmi membuat Ramlan kehilangan akal. Tanpa sadar tangannya yang kekar terayun. Lalu mencekik kuat-kuat leher perempuan itu.
***
Bocah usia lima tahun itu berlari riang menuju ke arah Ibunya. Seorang perempuan berwajah pucat Di tangannya tertangkup setangkai bunga perdu yang sebagian kelopaknya berhamburan tertiup angin.
"Selamat ulang tahun, Ma. Baim sayang Mama..." Bertubi kecupan mendarat di pipi perempuan itu.
"Terima kasih, sayang. Pasti Om Warsa yang memberi tahu kalau Mama lagi ulang tahun hari ini." Perempuan itu menatap sekilas ke arah laki-laki gagah yang berdiri mengawasi keduanya.
Laki-laki itu membalas tatapan si perempuan dengan senyum hangat. Lalu mendekat sembari berkata, "Selamat menikmati kebebasanmu kembali, Ratmi. Will you marry me?"Â
Sebentuk cincin diulurkan. Siap menghiasi jari manis Ratmi yang lentik.
Ratmi terpana sejenak. Tapi kemudian wajahnya bersemu dadu.
Ah. Tak ada alasan baginya untuk menolak lamaran itu. Warsa sudah berbuat begitu banyak untuk dirinya. Salah satunya, ia bersedia merawat Ibrahim---bayi mungilnya yang kini tumbuh menjadi bocah lucu. Bayi yang membuatnya terpaksa menjadi seorang pembunuh. Siang itu. Saat lelaki jahanam bernama Ramlan berusaha mencekik lehernya kuat-kuat.
***
Malang, 13 July 2020
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H