Tentu saja anak-anak merasa heran. Kok bisa WC baru saja dibenahin sudah bermasalah lagi?
Dugaan kembali bermunculan. Kali ini mengarah kepada hujan bulan Juni yang tercurah deras hampir di setiap hari. Bisa saja septictank---yang kala itu semennya masih basah, mengalami kebocoran. Membuat air hujan merembes masuk ke dalamnya.
Tuh, kan. Jadi menyalahkan hujan!
Saling menyalahkan ternyata bukanlah solusi terbaik. Lantas harus bagaimana? Yaa, mau tidak mau harus menghubungi tukang bangunan lagi.
Seorang teman bersimpati atas musibah yang saya alami ini. Ia bersedia membantu mencarikan tukang bangunan yang menurutnya, sudah sangat berpengalaman. Saya gembira mendengarnya. Dan, di hari yang ditentukan tukang bangunan yang dimaksud menepati janji datang ke rumah saya.Â
Si tukang bangunan mendengarkan penuturan saya dengan seksama. Setelah paham kejadiannya ia mulai memeriksa keadaan kamar mandi dengan cermat dan teliti.
Sembari membuntutinya, iseng-iseng saya bertanya kepada si tukang bangunan, "Masnya nggak apa-apa---maksudku tidak jijik menangani WC mampet?"
"Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah terbiasa menangani hal -hal seperti ini."
Duh, saya terharu mendengarnya. Lantas saya persilakan ia melanjutkan pekerjaannya. Sebentar kemudian terdengar bunyi mesin pemotong ubin menggerung. Closet leher angsa siap dibongkar kembali.
Tidak sampai satu jam pekerjaan pun beres. Hasilnya diperiksa dengan teliti. Mulai dari air yang mengalir ke dalam septictank---sudah lancar apa tidak. Hingga kondisi kedalamannya.
Alhamdulillah, air mengalir dengan sangat lancar. Septictank pun keadaannya baik-baik saja. Masih jauh dari kata penuh.