Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen (IL) | Hari Minggu Keparat

28 Maret 2020   06:28 Diperbarui: 28 Maret 2020   06:40 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://weheartit.com/

Bah! Hari Minggu. Entah mengapa aku sangat membenci hari yang satu itu. Sementara orang-orang bersuka cita menunggu kedatangannya---dengan beragam rencana, aku malah mengutuknya dalam hati.

Enyahlah sesegera mungkin duhai kau hari Minggu keparat!

"Riana!"

Benar, bukan? Kekeparatan bahkan sudah dimulai sepagi ini. Melalui teriakan Ibuku.

"Riana! Dengar tidak?!"

"Ini masih pagi, Mom,. Mataku masih mengantuk," aku melingkarkan badan. Menarik kembali selimut yang tersingkap.

"Dasar pemalas!"

Byuuuur!!!

Sekaleng air membasahi sekujur tubuhku. Mau tidak mau aku harus beranjak dari ranjang.

"Aku---benar-benar benci hari Minggu!" seruku dengan tubuh menggigil.

***

Rumput ilalang di halaman samping rumah sudah meninggi. Nyaris sebatas pinggang. Dan tugasku adalah memangkasnya hingga rapi. Dan itu wajib kulakukan di setiap hari Minggu. Tanpa jeda.

Jika kau berpikir sebelum memotong rumput aku mendapat jatah sarapan, itu salah besar! Mom tidak akan memberiku makan sebelum pekerjaanku selesai. Sebelum matahari membakar kulit lenganku hingga tampak bentol-bentol merah.

"Riana!"

Panggilan itu---bukan suara Mom, membuatku menoleh. Aku memutar kepalaku perlahan. Mencari asal suara.

Tapi tak kulihat siapa pun.

"Riana! Aku di sini!"

Kali ini aku melihatnya. Ia---seorang pria, berdiri di balik pagar yang dirimbuni bunga-bunga perdu.

"Jangan mendekat! Mom bisa marah jika melihatku bicara dengan orang asing!" Aku menghardik pria itu seraya mengacungkan gunting.

"Aku bukan orang asing, Riana. Aku teman baik Ibumu. Jadi kau tak perlu takut," pria itu mendekat. Benar-benar mendekat.

Dan, tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang. Sangat kencang. Ketika tangan kekar itu menyentuh pundakku, mengambil alih gunting pemotong rumput dari tanganku.

Untuk pertama kalinya aku berpikir, bahwa tidak selamanya hari Minggu itu layak disebut hari keparat.

***
Andrew. Nama pria muda itu. Usai membantuku memangkas rumput, ia gegas masuk ke dalam rumah. Menemui Mom.

Mom tampak terkejut melihat kemunculannya.

"Kenapa kau tidak menelponku dulu?"

"Aku sengaja ingin memberimu surprise, Joanna."

Mom tampak tersipu. Apalagi ketika Andrew mendaratkan satu kecupan di pipinya yang tembam.

***
"Riana!"

Mom menggerakkan satu telunjuknya. Memintaku untuk segera menyuguhkan minuman.

Usai meletakkan nampan berisi teko dan dua gelas berukuran kecil di atas meja, kembali Mom memerintahku.

"Menyanyilah untuk menghiburku, Riana!"

"Menyanyi?"

"Ya. Menyanyi. Andrew bisa mengiringimu dengan piano. Bukan begitu, Andrew sayang?" Mom mengedikkan kepalanya sedikit.

Andrew menatap Mom sejenak, lalu beralih pandang ke arahku.

"Kau pasti bisa melakukannya, Riana. Gloomy Sunday. Aku kerap mendengarmu melantunkan lagu itu setiap kali kau memangkas rumput di halaman," Andrew menyisipkan seulas senyum.

Baiklah. Tak ada alasan bagiku untuk menolak permintaan Mom. Juga bujukan Andrew. Calon Ayah tiriku.

Szomor Vasrnap

-sz van s peregnek a srgult levelek

Meghalt a fldn az emberi szeretet
Bnatos knnyekkel zokog az szi szl
Szvem mr j tavaszt nem vr s nem reml
Hiba srok s hiba szenvedek
Szvtelen rosszak s kapzsik az emberek

Meghalt a szeretet!

Vge a vilgnak, vge a remnynek
Vrosok pusztulnak, srapnelek zenlnek
Emberek vrt--l piros a tarka rt
Halottak fekszenek az ton szerteszt
Mg egyszer elmondom csendben az immat:
Uram, az emberek gyarlk s hibznak...

Vge a vilgnak!

Yup! Aku berhasil menyelesaikan lagu versi Hungaria itu dengan baik. Kulihat Mom tersenyum puas.

Tapi tidak dengan Andrew. Pria itu menunduk. Sesaat wajahnya berubah murung. Dan entah apa yang ada di dalam benaknya, tiba-tiba saja, doooorrrr!!!

Andrew menembak kepalanya sendiri.

***
Malang, 28 Maret 2020
Lilik Fatimah Azzahra

Note: Cerpen ini terinspirasi dari lagu Gloomy Sunday versi Hungaria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun