Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapak Tilas Jejak Ken Arok di Gunung Mujur

15 Januari 2020   05:14 Diperbarui: 23 Januari 2020   21:24 2760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Rini berjuang menapaki 100 anak tangga. Foto dokpri

Tangga menuju situs makam Gunung Mujur. Foto dokpri
Tangga menuju situs makam Gunung Mujur. Foto dokpri
Di perbatasan Desa Karangan bersama Bp. Jayadi. mandor Perhutani. Foto dokpri
Di perbatasan Desa Karangan bersama Bp. Jayadi. mandor Perhutani. Foto dokpri
Ah, satu kilometer. Itu sih dekat. Maka dengan amat percaya diri kami menitipkan motor di rumah penduduk setempat. Lalu sembari bersiul riang kami pun melenggang siap melintasi hutan.

Setelah berjalan lebih dari setengah jam, barulah kami menyadari, tidak terdapat tanda-tanda kami akan segera menemukan lokasi yang hendak dituju. Jalanan terlihat sangat sepi. Mamring. Sepertinya hanya kami berdua yang melintasi jalan panjang di lereng Gunung Arjuno sebelah timur tersebut. 

Untuk mengusir rasa was-was yang mulai menyelinap, sesekali kami bersenda gurau. Berpantun ria atau berpuisi. 

Satu jam sudah kami berjalan. Matahari kian meninggi. Keringat mulai bercucuran. Sementara nyamuk-nyamuk hutan satu persatu mulai datang mengerubuti kami. Sempat terlintas dalam pikiran untuk kembali turun ke desa alias balik kucing.

Untunglah setengah jam kemudian, di tikungan jalan kami berpapasan dengan sepasang suami istri yang mengendarai motor. Jurus bertanya kami gunakan lagi. Dan jawabannya, "Gunung Mujur? Wah, itu masih jauh, Mbak!"

Duh, kami pun berpandangan. Demi menghibur diri saya berseloroh kepada Mbak Rini, "Apa sebaiknya dirimu turun ambil motor, Te? Biar aku menunggu di sini."

Tapi tunggu! Kami ini Emak-emak pejuang tangguh. Pantang menyerah apapun yang terjadi.

Maka perjalanan harus tetap dilanjutkan. Dan, horeee...! Tak berapa lama kami melihat beberapa motor terparkir di sekitar area kebun kopi. Saya dan Mbak Rini berhenti sejenak. Melepas lelah. Duduk di atas sadel motor yang entah siapa dan kemana para pemiliknya.

Kebun kopi yang rimbun. Foto dokpri
Kebun kopi yang rimbun. Foto dokpri
Iseng-iseng kami berteriak memanggil-manggil pemilik motor. Tak ada sahutan. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Sekitar seratus meter, kami mendengar suara orang bercakap-cakap. Kiranya di atas kebun kopi sekelompok Bapak-bapak sedang memperhatikan kami. Dengan bersemangat kami bertanya lagi. Alhamdulillah, jawaban kali ini membuat kami lega. Lokasi Gunung Mujur sudah dekat.

"Pak, nanti pas turun ke desa,  kami minta tolong dibonceng nggiiih...!" saya berseru riang. Dan, Bapak-bapak itu menyanggupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun