Makam Keramat
Begitu melihat penampakan anak tangga yang mengular, mata kami langsung berbinar. Huft, akhirnya kami sampai juga. Ucapan selamat datang pun terbaca oleh kami.
Eits, tapi perjalanan ternyata belum usai. Kami masih harus menapaki 100 anak tangga untuk bisa sampai di puncak.
Duh, sebenarnya tempat apa sih ini? Masa iya, Ken Arok dan Ken Umang bertemu di tempat seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai mengusik benak saya.
Saya celingak-celinguk. Berharap ada orang yang menyambut kedatangan kami.
Syukurlah. Kami melihat seseorang muncul dari gubuk sederhana itu. Seorang Bapak, usia paruh baya, menjawab pelan salam kami. Lalu mempersilakan kami masuk.
Astaga! Ternyata di dalam gubuk itu terdapat sebuah makam dengan ukuran yang cukup panjang. Uniknya, posisi makam terlihat tidak lazim. Jika pada makam kebanyakan posisinya menghadap arah Utara dan Selatan. Tapi makam tersebut arahnya mujur. Ke arah Timur dan Barat.
Diiringi aroma dupa yang menguar, Pak Supriadi---atau biasa dipanggil Pak Pri, memperkenalkan dirinya sebagai juru kunci makam. Beliau mengaku sudah lebih dari 5 bulan tidak turun gunung karena diserahi menjaga makam keramat yang diyakini oleh penduduk setempat sebagai makam Seta Kumintir, seorang patih dari Kerajaan Blambangan.