"Masquerade Party Ball. Semacam itu, Ron. Aku mendengar alunan musik sama persis seperti ini. Aku juga seperti melihat diriku menggunakan gaun pesta warna hijau tosca, dengan petticoat  menggelembung. Ketika itu aku datang terlambat. Sampai kemudian seseorang datang meraih tanganku...." Laquita memejamkan mata sejenak. Langkah keduanya terus mengayun. Mengikuti irama lembut yang syahdu.
"Orang itu aku, Quit. Pria yang mengajakmu berdansa itu pasti aku," Ron mencium lembut ujung kepala Laquita. Laquita tertawa lirih.
"Sepertinya bukan, Ron. Orang itu memiliki mata elang. Tatapannya tajam. Sedang matamu, lembut."
"Lalu siapa kira-kira pria gentle yang berhasil mengajakmu berdansa pada pesta dalam ingatanmu itu kalau bukan aku?" Ron mengulum senyum.
"Entahlah. Aku lupa namanya. Tapi aku tidak lupa pada tatapan matanya."
Ron bersyukur Laquita tidak bisa mengingat nama itu.
Ron menengadahkan kepala sejenak. Pandangannya mengarah ke atas balkon yang terletak di sisi kanan arena dansa.
Ia melihat bayangan itu masih berdiri di sana.
Jeremy.
Pria bertopeng itu mengawasi mereka dari jauh. Ron mengacungkan satu jempol ke arahnya.
"Ron, aku menyesal telah membiarkan Inta---kakak perempuanku satu-satunya, terjerumus ke dunia obat-obatan terlarang," Laquita mengalihkan pembicaraan.