Bag-19
Sebuah Pengakuan
------
Deborah masih berdiri. Menatap ujung sepatu Inta yang agak kotor dan ditempeli satu dua rumput.Â
"Usai dari mini market aku jalan-jalan sebentar ke taman," Inta berusaha membela diri, mencari alibi.
"Sudahlah Inta. Tak baik terus menerus menutupi kebohongan," Deborah masih menyandarkan tubuh mungilnya pada daun pintu. Matanya belum beralih menatap ke arah sepatu kakak sahabatnya itu.
"Menghadapi calon istri perwira polisi sepertimu, sungguh membuatku kikuk," akhirnya Inta menyerah. Gadis itu naik ke atas pembaringan. Meraih sebuah bantal, mengganjal punggungnya dan bersandar pada dinding.
Deborah masih berdiri di tempatnya. Siap mendengarkan.
"Aku minta bantuan Martin untuk melacak keberadaan adikku," Inta menjelaskan seraya terbatuk-batuk.
"Lalu apa yang kau dapatkan?" Deborah memicingkan sebelah matanya.
"Banyak hal. Salah satunya bangunan tua yang berada di kaki lembah itu."