Kembali kaki Deborah menapaki anak tangga menuju lantai atas. Kali ini ia berjalan santai, tidak terburu-buru seperti tadi.
Lima menit kemudian langkahnya sampai di tikungan menuju kamar 206. Mendadak ia menghentikan langkah. Matanya menangkap dua sosok yang baru saja keluar dari lift. Seketika ia mendengus.
Bukankah tadi tertera pemberitahuan bahwa lift sedang macet? Atau barangkali petugas hotel telah berhasil memperbaikinya?
Deborah menepis pikiran-pikiran negatif yang bersliweran di dalam otaknya.
Dan untuk sesaat lift yang macet tidak lagi menarik perhatiannya. Ia lebih tertarik pada dua sosok yang berjalan beriringan---yang baru saja keluar dari dalam lift itu.
Inta dan Martin.
"Thanks, Martin. Malam ini aku sudah merepotkanmu," suara Inta tertangkap oleh telinga Deborah. Martin tidak menyahut. Hanya mengangguk kecil.
Deborah melihat Martin membuka pintu kamar 206. Menggunakan kunci cadangan. Lalu dengan sopan pemuda itu mempersilakan Inta masuk. Ia sendiri kemudian pamit pergi.
Saat berbalik itulah ia berpapasan dengan Deborah.
"Nona Deborah?"
"Yup, Martin. Bisa kau jelaskan padaku, kemana kalian pergi?" Deborah mencegat langkah Martin seraya memasang mimik serius.