"Laquita, maksudmu? Dengar Nemo. Aku peringatkan! Jangan sekali-sekali kau menyakiti gadis itu. Sebab apa? Aku bisa lebih ganas dari yang kau kira," Jeremy menatap tajam ke arah sosok yang kini berdiri membelakanginya itu.
Nemo berbalik. lalu membalas tatapan Jeremy dengan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
"Oh, ya? Sungguh ini sebuah ancaman yang indah, Jeremy. Benar-benar sangat indah."
 ***
Sang Big Boss dan dua manusia bertopeng sudah meninggalkannya. Kini Jeremy kembali terkunci di kamar sempit yang pengap. Ia mengamati keadaan di luar jendela sejenak. Memastikan bahwa hari sudah beranjak malam.
Disentuhnya perlahan kaca jendela yang kian memburam tertutup embun.Â
Saat pikirannya sedang buntu dan tidak tahu harus melakukan apa, ia memutuskan untuk merebahkan diri. Mencoba rileks. Tapi hanya sesaat. Derap langkah membuatnya kembali duduk, memasang telinga baik-baik. Pandangannya kembali tertuju ke arah datangnya suara.
Benarlah. Derap kaki itu menuju ke arah kamarnya. Berhenti tepat di depan pintu. Lalu terdengar bunyi anak kunci diputar berkali-kali.
Ceklek!
Anak buah Big Boss yang tadi berada bersamanya, menyeruak masuk ke dalam kamar dengan napas terengah.
"Dengar Jeremy, ini sangat penting! Â A-ku akan membebaskanmu," sosok itu berkata terbata seraya menutup daun pintu hati-