"Sudah semestinya. Kau kan kakakku. Tentu saja aku lebih memprioritaskan kepentinganmu ketimbang..."
"Ketimbang pria bertopeng itu?"
"Tidak, bukan begitu maksudku. Ini hanya soal jadwal, Inta. Kami---aku dan Jeremy tidak pernah bertemu di siang hari. Jadi aku memiliki waktu luang untuk mengantarmu sampai ke Wooden House itu."
Pembicaraan terputus. Ponsel Laquita berkedip-kedip.
Malam nanti temui aku di green park.
Pesan singkat dari Jeremy.
***
Satu dua pengunjung taman mulai pergi meninggalkan area green park. Kecuali pria bertopeng itu. Ia masih bertahan duduk di sebuah bangku.
Segerombolan anak muda menyeruak, entah dari mana datangnya. Mereka membentuk pagar betis melingkar, mengelilingi pria bertopeng yang tengah termenung menatap kejauhan.Â
Salah seorang dari gerombolan anak muda itu mendadak menyerang, membekap mulut pria bertopeng itu menggunakan sapu tangan.
Pria bertopeng tidak sempat memberikan perlawanan. Ia hanya menggelepar sebentar. Lalu seseorang menyemprotkan cairan dalam botol berulang-ulang ke arah matanya, membuatnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.