-----
Bu guru melangkahkan kaki, mendekati sosok yang terkapar di bawah semak-semak itu. Rasa penasaran membuatnya melupakan sejenak rasa takut.
Perempuan itu berjongkok. Memberanikan diri menyentuh pergelangan tangan laki-laki yang diam tak bergerak itu.
"Denyut nadinya masih ada," Bu guru bergumam. Beberapa anak mengikutinya. Berdiri was-was di belakang Bu guru.
"Dia sutris, eh, maksudku, turis!" Adit berusaha melucu. Tapi teman-temannya tidak ada satu pun yang tertawa. Suasana sedang dihinggapi kengerian.
"Kepalanya, aduh, berdarah," bisik Savina miris.
"Dia cuma pingsan. Kita coba sadarkan orang ini," Bu guru merogoh tasnya. Mengeluarkan minyak angin dan mengoleskannya sedikit pada hidung laki-laki itu. Sosok itu mulai bergerak.
"Ah, dia menggeliat seperti cacing!" seru Javier tertahan.
"Can you hear me, Sir?" Bu guru mencoba berkomunikasi.
"Wake up, Sir! Please, wake up!" Adit berteriak sekeras-kerasnya di telinga orang asing itu. Sontak laki-laki asing itu terkejut. Ia mengucek matanya berkali-kali sembari menggerakkan sedikit kepalanya yang terluka.