Setiap rumah memang ada penunggunya. Begitu kata almarhum Bapak saya.
Bicara tentang penunggu rumah, dulu ketika masih serumah dengan saya, yang paling sering diisengi adalah si sulung. Karena si sulung lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja pada malam hari di dapur. Ia mengadoni dan memanggang kue sendirian. Meski sesekali saya terbangun untuk menengoknya sebentar.
Pernah suatu malam si sulung menceritakan hal yang sangat aneh. Katanya deretan kue nastar yang sudah ditata rapi dan siap dimasukkan oven, mendadak hilang satu. Diambil pas barisan paling tengah.
Waktu itu saya tidak percaya. Saya pikir si sulung sudah capek dan mengantuk hingga lupa meletakkan satu kue tersebut.
Si sulung terdiam. Ia kemudian membuat satu bulatan kue nastar lagi dan meletakkannya di bagian yang hilang tersebut. Lalu memanggangnya.
Nah, ketika kue diangkat dari oven, satu kue pengganti tadi lenyap lagi!
Kejadian tersebut terus berulang. Akhirnya saya berkata, "Ya, sudahlah. Kamu istirahat dulu. Jangan melekan terus. Barangkali yang punya dapur merasa terganggu."
Ada banyak kejadian aneh yang kami alami. Yang paling menakutkan anak-anak adalah, saat tubuh saya yang sedang berbaring di lantai, diangkat oleh mahluk halus hingga beberapa senti. Seperti mengambang.
Peristiwa itu terjadi pada waktu tengah malam. Ketika anak laki-laki nomor 3 sedang menonton pertandingan bola di televisi. Dan saya tidur di sebelahnya.
Tiba-tiba saya terbangun karena merasakan ada angin besar memasuki kamar dan meniup wajah saya. Saat mata terbuka saya melihat sosok hitam seperti gumpalan kabut berdiri di hadapan saya. Sosok itu berputar-putar, memaksa hendak masuk ke dalam tubuh saya lewat jempol kaki.
Tentu saja saya menolak. Saya segera membaca ayat kursi. Berulang-ulang. Tapi mahluk itu tidak mau pergi. Lalu saya berkata, "Jangan menggangguku lagi. Aku tidak mau kau masuki. Pergilah!"