Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kepada Senja Terakhirmu, Airin

2 Mei 2019   21:28 Diperbarui: 2 Mei 2019   21:39 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekuat apa Airin akan bertahan mencintaiku, Ar? Tai kucing!" aku melempar gulungan kertas ke dalam keranjang sampah. Arya mendengus.

"Itulah dirimu, Yon. Sulit melihat ketulusan hati seseorang. Tapi, ya, sudahlah. Kau bukan anak kecil lagi yang mesti diingatkan bagaimana seharusnya bermain di jalanan," Arya berdiri. Menyibak tirai jendela, membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam ruang kerja kami yang sempit dan pengap.

***

Keinginan kami--aku dan Airin untuk berpisah akhirnya dikabulkan oleh pihak Pengadilan Agama setempat. Tidak adanya kecocokan dan perbedaan prinsip menjadi kunci utama pembuka proses gugat cerai antara dua manusia yang dulu saling mencintai. 

Hak asuh anak jatuh di tanganku. Meski menurut Undang-undang, Airin-lah yang lebih berhak atas hak asuh anak-anak karena usia kedua putri kami masih di bawah umur. Tapi karena aku yang meminta--setengah memaksa, akhirnya anak-anak berada dalam kekuasaanku.

Untuk sementara, mengingat kesibukanku yang luar biasa, pasca bercerai aku menitipkan kedua gadis kecilku--Alysa dan Afifah di rumah Ibu. Aku merasa lebih tenang mereka tinggal di sana. Sebab aku tahu bagaimana sayangnya Ibu terhadap kedua putriku itu.

Tapi ketenanganku ternyata tidak bertahan lama. Hanya berkisar satu setengah bulan. Mendadak Ibu mengalami stroke yang mengharuskan beliau istirahat total. Adik bungsuku yang tinggal di luar kota memboyong Ibu ke rumahnya. Dan Ayahku yang sudah sepuh dibawanya serta. Jadilah anak-anak kuajak balik pulang. 

Aku pun mulai merasakan bagaimana menjadi orangtua tunggal yang sesungguhnya. Awalnya agak kewalahan dan kikuk. Tapi seiring berjalannya waktu aku mulai bisa beradaptasi. Dan tanpa terasa predikat single pap ini sudah kujalani hampir tujuh tahun.

Alysa dan Afifah kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja. Keduanya sama-sama duduk di bangku SMU. Alysa duduk di kelas akhir dan adiknya di kelas awal. Memang, jarak usia kakak beradik ini terpaut hanya dua tahun.

Lantas apa kabar Airin, mantan istriku yang notabene adalah ibunya anak-anak?

Sejak perpisahan kami, terhitung hanya beberapa kali ia menjenguk anak-anak. Itu pun pada momen-momen tertentu, seperti saat kenaikan kelas atau perayaan ulang tahun. Selebihnya, Airin tidak pernah muncul dan terlibat dalam mendidik dan merawat anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun