"Oh! Astaga, Sherlick. Aku ingat sekarang! Sore itu kau pamit pergi ke suatu tempat. Kau bilang akan mengajari seseorang bermain bumerang. Apakah, apakah..." mata Jhon terbelalak lebar.
"Kau benar Jhon. Nona Alisa memintaku untuk datang mengajarinya bagaimana menangkap dua mata pisau yang melesat ke dadanya. Dan..." aku sengaja menghentikan kalimatku.
Jhon mendekatkan wajahnya.
"...dan bagaimana mengembalikan pisau-pisau itu kepada tuannya?" sepupuku itu mendengus dengan suara tertahan. Aku mengangguk
"Tenanglah, Brother. Ini hanya soal pembelaan diri seorang perempuan. Alisa sudah lama mengalami perlakuan tidak manusiawi. Luka-luka di sekujur tubuhnya membuat ia sangat tertekan. Kukira keadilan hukum pun akan berpihak kepada gadis itu sekiranya polisi berhasil menangkapnya nanti," aku menepuk pundak Jhon perlahan. Lalu menyodorinya slayer.
"Di luar langit sedang cerah, Jhon. Â Waktunya melupakan sejenak kasus-kasus. Aku ingin mencari angin. Kau tidak keberatan menemaniku, bukan?"
***
Malang, 18 Maret 2019
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H