"Dokter! Anda telah merampas milik Zer. Kembalikan sepatu itu!" aku berteriak histeris. Sesaat aku kehilangan kontrol emosiku.
"Ra, tenanglah!" Nayla mencoba membujukku. Dokter Ilyas membetulkan letak kaca matanya. Wajahnya yang putih---dalam pandanganku, tiba-tiba saja berubah menjadi licik dan amat menyeramkan.
"Jangan mangkir Dokter! Anda pasti telah membunuh Zer!" Aku meronta sekuat tenaga.
Dua orang laki-laki berseragam putih-putih, berperawakan tinggi besar datang mencengkeram pundakku.
"Berikan suntikan penenang. Lalu bawa pasien itu kembali ke kamar perawatan!" suara dokter Ilyas, lantang memberi perintah.
Dan, sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, lamat-lamat aku melihat Zer datang mengendarai awan.Â
Ia menghujaniku dengan bertumpuk Edelweis biru di kepalaku.Â
****
Malang, 05 Februari 2019
Liilik Fatimah Azzahra