Aku menatap Telon yang mendengkur di dekat kolong amben. Kucing jantan itu tampak sangat pulas.Â
Suasana sepi membuat mataku riyip-riyip. Aku nyaris terlelap kalau saja tidak dikagetkan oleh munculnya seseorang.
Yu Nah!
Perempuan itu menyeringai begitu melihatku.
"Ba-gaimana Yu Nah bisa masuk kemari?" aku gagap bertanya.
"Ah, itu soal mudah! Yang sulit bagiku adalah bagaimana memberitahumu..." Yu Nah terbatuk sebentar. Lalu berkata lagi. "Kalau kau bukan hanya kutukan bagi Sri, tapi juga kesialan bagi kampung ini!"
Aku menelan ludah. Lontaran kalimat menyakitkan itu kudengar lagi.
Aku menggeser tubuhku. Telon yang tengah terlelap mendadak terbangun. Ia mengibaskan ekornya sejenak. Lalu menggeram.
"Apa sebenarnya yang Yu Nah inginkan dari aku?" aku mulai berani menatap mata Yu Nah.
"Hanya sekadar memberitahu. Ibumu--Sri Astuti bukanlah perempuan baik-baik!" Suara Yu Nah melengking penuh tekanan. Membuat Telon terkejut lalu menghambur membabi buta.
Kejadiannya begitu cepat. Telon tahu-tahu sudah menyerang Yu Nah. Mencakar wajah perempuan itu berkali-kali hingga pemilik tubuh tambun itu memekik kesakitan dan kabur tunggang langgang meninggalkan kamarku.