"Kau memendam luka yang cukup dalam, Nyonya. Juga cinta. Matamu yang mengatakan itu padaku," Lily masih melekatkan pandangannya.
"Tahu apa kau tentang diriku, keponakanku sayang?" El menarik napas panjang. Lalu menggerakkan lagi kedua tangannya. Tapi kali ini ia mengurai simpul mati yang baru beberapa menit dijalinnya.Â
El membebaskan kembali kaki dan tangan Lily.
"Kenapa kau urung mengikatku?" Lily mengernyit alis. Merasa bingung dan heran atas perlakuan El. El berdiri, mengibaskan gaunnya dengan ujung jemari.
"Kau masih terlalu muda, Lily. Kesempatan untuk bahagia itu masih ada." El mengalihkan pandang ke arah jendela yang terbuka. "Kalau aku memintamu melompati jendela itu, apakah kau bersedia?"
Lily terhenyak. Tapi kemudian gadis itu mahfum.
El sebenarnya ingin menyelamatkan dirinya dengan caranya sendiri. Maka tanpa menunggu perintah kedua kali, Lily bergegas beranjak, berlari menghambur menuju jendela, melompati bingkainya.
Dan ketika ujung kakinya hampir menyentuh tanah, seseorang memeluknya dari belakang.
Geni!
***
Sementara El, usai kepergian Lily dengan tenang berjalan mendekati jendela. Mengatupkan kedua daunnya dan menguncinya rapat-rapat dari dalam. Setelahnya ia berjalan kembali menuju tempatnya semula. Berdiri di samping peti mati yang keadaannya masih belum berubah. Masih tetap terbuka.Â