Jika Anda memantau laman fiksiana dalam satu minggu terakhir ini, mungkin sempat melihat sekelebat tokoh Aluna wira-wiri berpindah tangan dari satu penulis ke penulis lain.
Yup, benar sekali. Aluna memang telah berusaha kami hidupkan!
Bermula di suatu pagi, di akhir November yang mendung, saya dan Say Desol berbincang ringan, ngobrol seputar dunia fiksi yang tidak akan pernah ada habisnya dari pikiran kami. Dan sampailah pagi itu perbincangan mengarah pada satu hal, yakni: ingin membuat cerpen bersambung.
Seperti biasa, kami tidak ingin bermain kata-kata hanya berdua. Kami ingin seseruan, bermain bareng, menghidupkan tokoh fiksi bersama teman-teman penulis lain.
Deal!
Dan inilah perjalanan panjang Aluna, sosok yang akan kami bangkitkan itu.
Dari tangan dingin Say Desol, estafet Aluna dimulai.
------
Adalah seorang gadis lugu bernama Aluna, yang dipaksa melayani lelaki 'milik Ibunya'. Konflik batin Aluna berhasil dibangun sedemikian rupa. Digambarkan sebagai gadis tak bernyali yang ingin memberontak. Tapi dengan cara apa dan bagaimana? Sebab ia merasa begitu lemah, hanya mampu menyimpan sendiri luka-luka hatinya yang ia lampiaskan kepada seekor kupu-kupu setiap kali ia membuka jendela. Pada mahluk bersayap itu Aluna kerap menitip pesan berharap kekasihnya datang untuk segera menyelamatkannya.(1)
Tongkat estafet kemudian diserahkan kepada saya selaku pencerita kedua.
---------
Aluna hadir sebagai tokoh Aku yang mengalami metamorfosis. Dari Aluna yang lugu menjadi Aluna yang jalang. Kembang primadona sebuah rumah bordil sebagai pelampiasan kekecewaan atas direnggutnya keperawan oleh lelaki 'milik Ibu'. Dan di rumah cinta sesaat ini Aluna ternyata diperlakukan bak sapi perah oleh sang mucikari hanya demi uang.
Sampai Aluna bertemu seorang laki-laki paruh baya yang tewas di atas tempat tidur sebelum mereka sempat bercinta.(2)
Pemegang estafet ketiga adalah Mbak Mega Skp dan Mas Mim Yudiarto.
---------
Di sini ada dua versi melanjutkan Aluna bagian 2. Â Tidak jadi masalah.Â
Mas Mim, beliau menampilkan Aluna yang mulai membangkang terhadap kesewenang-wenangan sang mucikari. Dan berhasil membunuh mucikari tersebut.(3a)
Sedang Mbak Mega mempertegas karakter Aluna bahwa dirinya bukanlah seorang pembunuh. Meski predikat itu terlanjur melekat erat pada dirinya. Menggambarkan sebentuk realita di mana masyarakat kita masih sulit melupakan masa lalu seseorang, sekalipun orang tersebut belum tentu melakukannya.
Untuk mengimbangi antara pesimis dan optimis, Mbak Mega mempertemukan Aluna dengan lelaki yang membuatnya jatuh cinta. Meski akhirnya Aluna tetap dibayang-bayangi keraguan dan memilih ingin bunuh diri.(3b)
Tampuk keempat dikendalikan oleh Putri Apriani.
-----------
Aluna hadir sebagai perempuan melankolis yang hatinya terjatuh di telapak kaki laki-laki bernama Rafael. Laki-laki yang dianggap Aluna berbeda. Yang seolah memberi angin segar bagi kehidupan Aluna selanjutnya. Namun, di penghujung cerita diketahui ternyata Rafael hanya memperalat dirinya.
Lengkapkah sudah penderitaan Aluna?
Sepertinya belum.(4)
Kisah bergulir pindah ke tangan Mas Pical selaku pencerita kelima.
----------
Penulis cowok ini kiranya menaruh belas kasih kepada sosok Aluna. Dipertemukannya Aluna dengan kekasih sesungguhnya yang selama ini menghilang, Mas Bayu.Â
Bertemu Mas Bayu Aluna yang labil kembali bersemangat. Dan Aluna berharap Mas Bayu bisa mengembalikan hidupnya yang hancur. Lalu mereka akan menjalani hidup bersama dengan bahagia.
Tapi benarkah demikian? Semudah itukah hidup di dunia ini dijungkirbalikkan?
Kiranya segala sesuatu butuh proses. Proses panjang yang tentu saja tidak instan. Ada perjuangan dan jatuh bangun.(5)
Dan proses itu diserahkan kepada Tutut Setyarini selaku pemegang estafet keenam.Â
---------
Dari sentuhan lembut tangan Tutut, Aluna hadir sangat memukau. Karakter yang semula keras berubah seratus delapan puluh derajat. Aluna terlihat amat bahagia, merasa amat dicintai. Keharuan yang mendalam tentu saja tumbuh dan berkembang di dasar hati Aluna yang semula gersang.
Meski demikian bukan berarti kisah akan segera berakhir. Konflik baru muncul. Mas Bayu terbunuh!(6)
Tampuk ketujuh dipegang oleh Ella Yusuf.
---------
Perempuan muda yang cantik ini memutuskan mengangkat cerita dari sisi keberadaan Rafael. Bagaimana awal mula Rafael membius dan memperdaya Aluna. Siapa orang-orang yang berada di belakangnya, yang ternyata sungguh amat tidak terduga.(7)
Dan akhirnya, saya didapuk melanjutkan kisah yang hampir sampai di penghujung. Tentu saja saya harus bolak-balik membaca karya teman-teman dengan seksama. Harus saya akui, imajinasi mereka sungguh sangat luar biasa. Tidak bisa disepelekan. Semua berusaha menampilkan yang terbaik. Dan, semua keren-keren!
Sayapun harus ngebut hari itu juga sebelum ide yang muncul terbang terbawa angin.
----------
Saya memilih mengembalikan Aluna ke karakter semula. Saya berusaha memahami, bagaimana perasaan perempuan yang benar-benar jatuh terpuruk di jurang paling dalam. Ketika ia merasakan hidupnya hancur dan tidak berarti lagi, maka sampailah ia di sebuah titik nadir bernama keputusasaan.
Tidak ada pilihan lain.
Mungkin saya agak sedikit memaksakan diri. Ketika saya tiba-tiba merasa yakin, bagaimanapun juga dalam hidup ini masih ada yang namanya keajaiban. Miracle of life. Dan menurut saya Aluna wajib pula mencicipi keajaiban itu.
Lalu saya memutuskan untuk mempertemukan Aluna dengan sosok Bram, polisi muda yang jatuh cinta padanya. Saya berharap Bram menjadi malaikat penolong yang bisa menyembuhkan luka-luka hati perempuan malang itu.(8)
Tampuk selanjutnya dipegang oleh Bu Dinda Pertiwi.
--------
Kelembutan hati Bu Dinda mampu menampilkan Aluna dalam versi lain. Aluna menjadi perempuan baik-baik. Berubah drastis. Itu wajar bukan? Setiap manusia berhak untuk kembali ke jalan kebaikan. Meski bisa jadi cita-cita mulia itu ternyata hanya sampai pada titik angan-angan.(9)
Dan akhirnya,
---------
Say Desol sebagai pemegang kekuasaan. Ending. Yup, ia yang kami percaya mengeksekusi Aluna. Mesti berakhir bagaimana, seperti apa. Say Desol akan menggiring Aluna, sosok perempuan yang mampu membuat para penulisnya baper.
Jika pada akhirnya Say Desol memilih Aluna menjadi perempuan hilang ingatan, itu sepenuhnya hak dia. Dan sekali lagi, bisa jadi pilihannya itu adalah gambaran realita dalam kehidupan sesungguhnya. Di mana seorang perempuan---setegar apapun ia, saat diterpa masalah bertubi-tubi, merasa hidupnya sangat tidak berguna, merasa sendirian di dunia ini, maka akal sehatnya bisa saja menjadi terganggu.(10)
Bagaimana? Menarik bukan kisah Aluna yang berhasil dibangkitkan dalam waktu teramat singkat ini?
Oke, bye, Aluna. Bagaimanapun juga kamu memang harus selesai. Kami sudah menyerahkanmu kepada takdir.Â
Namun sebagai catatan, hadirmu, Aluna, mampu membuat kami merenung sesaat. Juga belajar banyak. Belajar bagaimana mesti menghadapi hidup yang penuh sandiwara dan liku-liku ini. Belajar bagaimana sebaiknya menentukan pilihan yang tepat. Dan, belajar bagaimana seharusnya seorang penulis bertanggungjawab terhadap karya yang telah disepakati untuk diselesaikan secara bersama-sama.
***
Malang, 03 Desember 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H