Tampuk selanjutnya dipegang oleh Bu Dinda Pertiwi.
--------
Kelembutan hati Bu Dinda mampu menampilkan Aluna dalam versi lain. Aluna menjadi perempuan baik-baik. Berubah drastis. Itu wajar bukan? Setiap manusia berhak untuk kembali ke jalan kebaikan. Meski bisa jadi cita-cita mulia itu ternyata hanya sampai pada titik angan-angan.(9)
Dan akhirnya,
---------
Say Desol sebagai pemegang kekuasaan. Ending. Yup, ia yang kami percaya mengeksekusi Aluna. Mesti berakhir bagaimana, seperti apa. Say Desol akan menggiring Aluna, sosok perempuan yang mampu membuat para penulisnya baper.
Jika pada akhirnya Say Desol memilih Aluna menjadi perempuan hilang ingatan, itu sepenuhnya hak dia. Dan sekali lagi, bisa jadi pilihannya itu adalah gambaran realita dalam kehidupan sesungguhnya. Di mana seorang perempuan---setegar apapun ia, saat diterpa masalah bertubi-tubi, merasa hidupnya sangat tidak berguna, merasa sendirian di dunia ini, maka akal sehatnya bisa saja menjadi terganggu.(10)
Bagaimana? Menarik bukan kisah Aluna yang berhasil dibangkitkan dalam waktu teramat singkat ini?
Oke, bye, Aluna. Bagaimanapun juga kamu memang harus selesai. Kami sudah menyerahkanmu kepada takdir.Â
Namun sebagai catatan, hadirmu, Aluna, mampu membuat kami merenung sesaat. Juga belajar banyak. Belajar bagaimana mesti menghadapi hidup yang penuh sandiwara dan liku-liku ini. Belajar bagaimana sebaiknya menentukan pilihan yang tepat. Dan, belajar bagaimana seharusnya seorang penulis bertanggungjawab terhadap karya yang telah disepakati untuk diselesaikan secara bersama-sama.
***