Jika Anda memantau laman fiksiana dalam satu minggu terakhir ini, mungkin sempat melihat sekelebat tokoh Aluna wira-wiri berpindah tangan dari satu penulis ke penulis lain.
Yup, benar sekali. Aluna memang telah berusaha kami hidupkan!
Bermula di suatu pagi, di akhir November yang mendung, saya dan Say Desol berbincang ringan, ngobrol seputar dunia fiksi yang tidak akan pernah ada habisnya dari pikiran kami. Dan sampailah pagi itu perbincangan mengarah pada satu hal, yakni: ingin membuat cerpen bersambung.
Seperti biasa, kami tidak ingin bermain kata-kata hanya berdua. Kami ingin seseruan, bermain bareng, menghidupkan tokoh fiksi bersama teman-teman penulis lain.
Deal!
Dan inilah perjalanan panjang Aluna, sosok yang akan kami bangkitkan itu.
Dari tangan dingin Say Desol, estafet Aluna dimulai.
------
Adalah seorang gadis lugu bernama Aluna, yang dipaksa melayani lelaki 'milik Ibunya'. Konflik batin Aluna berhasil dibangun sedemikian rupa. Digambarkan sebagai gadis tak bernyali yang ingin memberontak. Tapi dengan cara apa dan bagaimana? Sebab ia merasa begitu lemah, hanya mampu menyimpan sendiri luka-luka hatinya yang ia lampiaskan kepada seekor kupu-kupu setiap kali ia membuka jendela. Pada mahluk bersayap itu Aluna kerap menitip pesan berharap kekasihnya datang untuk segera menyelamatkannya.(1)
Tongkat estafet kemudian diserahkan kepada saya selaku pencerita kedua.
---------