"Ibu Rika? Apakah Nona sudah membuat janji?" satpam itu mengernyit alis. Aku menggeleng.Â
"Untuk bertemu beliau, Nona harus membuat janji terlebih dulu."
"Saya Amarylis. Saya putri Ibu Rika. Apakah seorang anak yang ingin bertemu Ibunya sendiri harus membuat janji?" aku menyergah. Satpam di hadapanku kian menautkan alis.
"Aku mengenal baik seluruh penghuni rumah ini. Dan jelas Nona bukan bagian dari mereka!" suara satpam mulai meninggi. Meski begitu sama sekali tidak menyurutkan niatku.
Aku bersikeras memasuki bangunan berhalaman luas itu. Di mana pintunya terlihat masih tertutup rapat.
Melihat kenekatanku, tangan kekar satpam mulai bergerak, berusaha mencegahku.
Terjadi keributan kecil.
Saat itulah sebuah mobil memasuki halaman. Berhenti tepat di samping taman yang sekitarnya dihiasi air terjun buatan.
Seorang perempuan cantik. Berpakaian elegan. Turun dari mobil dan langsung menghujamkan pandang ke arah kami--aku dan satpam bertubuh kekar itu.
"Ada apa, Ron?" perempuan itu bertanya dengan nada suara dingin.
"Hanya kesalahpahaman kecil, Nyonya. Gadis ini memaksa memasuki rumah minta bertemu dengan Nyonya. Kukira ia gadis yang agak terganggu pikirannya," satpam menjelaskan seraya mengubah posisi berdirinya menjadi sedemikian takzim.