Sepulang dari klinik, sebelum menutup pintu kamarku, Ayah Sang berpesan.
"Kinasih, kalau masih sakit bilang sama Ayah, ya."
Aku mengangguk.Â
Rasa haru mendadak menyergapku.
***
Pagi itu Bu Dinda--guru kesenian, memanggilku dan meminta agar aku mengikuti ke ruangan guru.
"Kinasih, kau sudah siap? Besok pementasan tari akan digelar. Tapi kali ini tempatnya berbeda dengan yang biasa kita kunjungi," Bu Dinda menarik kursi dan memintaku duduk.
"Saya siap, Bu. Ayah Sang sudah melatih saya hampir setiap hari sepulang dari sekolah," aku menyahut pelan.
"Salut untuk kalian berdua. Terima kasih untuk Ayahmu yang sudah ikut berpartisipasi di setiap acara gebyar seni tari yag diadakan oleh SMP kita. Oh, ya. Besok jam tujuh pagi kita harus sudah berangkat," Bu Dinda melanjutkan. Aku mengangguk.Â
Setelah memberi sedikit pengarahan, Bu Dinda memintaku untuk kembali ke ruang kelas, mengikut jam pelajaran berikutnya.
***