Ketika mengetahui Bob pindah ke lain hati--entah ini kekhilafan atau kesengajaan, rasa cintaku padanya ikut luntur. Begitu tiba-tiba. Aku yang semula yakin bahwa cinta memiliki kekuatan super, mendadak berubah pesimis.
Parahnya lagi aku menjadi sosok pembenci. Tidak saja terhadap Bob, yang selama bertahun-tahun tidur satu ranjang denganku, tapi juga membenci diriku sendiri.
Aku tidak tahu apakah Bob juga berpikiran yang sama denganku. Nyatanya, sejak terbukanya aib itu---aku menganggapnya demikian, kami jadi jarang berkomunikasi. Jika terjadi percakapan, suasana panas tak bisa dihindari. Tak satupun di antara kami yang sudi mengalah. Anehnya, kami sadar. Sesadar-sadarnya, bahwa yang kami lakukan adalah hal yang amat bodoh dan konyol.
Tapi semua terus berlanjut. Sampai akhirnya kami jatuh pada satu keputusan. Berpisah.
Aku sempat kecewa. Kukira Bob akan berjuang mati-matian mempertahankan rumah tangga kami. Setidaknya, lebih memilihku dan melupakan kenakalannya. Tapi ternyata tidak. Bob memutuskan pergi dari rumah. Meninggalkan aku sendiri. Tanpa peduli.
Aku tidak sedang membicarakan orang lain. Ini tentang diriku sendiri yang merasa gagal dalam mempertahankan cinta.
Jelang menghadapi proses perceraian, itu hal tersulit yang harus kuhadapi. Kondisiku jauh lebih buruk dari sebelumnya. Aku lebih suka mengurung diri di dalam kamar. Jarang berinteraksi dengan orang-orang di sekitarku. Tak lagi suka melihat ke luar jendela. Kau tahu kenapa? Aku takut, saat membuka jendela, tiba-tiba melihat sosok Bob di luar sana. Sedang memunggungiku. Lalu ia menoleh, dan aku menangis karenanya.
Sungguh. Aku melalui hari-hari yang amat berat dan konyol. Aku melihat seolah semua orang pandangannya tertuju padaku. Telunjuk jari mereka mengarah ke dadaku. Bibir mereka---dalam pikiranku, mencibir sinis, menyalahkanku.
Aku merasa sendiri, terkucil dan kesepian.
Keadaan seperti ini mencapai puncaknya saat hari itu tiba. Di mana aku dan Bob benar-benar dinyatakan secara resmi harus saling melepaskan. Dan kami berdua sepakat bahwa cinta sudah benar-benar menghilang dari hati kami. Tak bersisa.
Inilah yang kumaksud dengan kekonyolan itu, Marry. Sebegitu gampangnya kami, dua orang yang semula menyatakan diri saling jatuh cinta, sehidup semati, tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat. Menjelma menjadi dua orang yang saling membenci.