"Kau ceroboh sekali, Sri! Ayo kenakan kembali pakaianmu! Setelah itu kau harus mencari kitab itu sampai ketemu!" suara Nini Surkanti meninggi. Wajah Sri Kantil seketika memucat.Â
Jika Nini Surkanti sudah memerintah, itu berarti tidak ada kata lain selain harus dilaksanakan.
***
Sri Kantil melesat meninggalkan pondok di tepi hutan. Ia menyusuri kembali jalanan yang tadi dilaluinya. Hati gadis itu dipenuhi amarah. Ia menduga, pasti pemuda aneh yang telah menyelamatkan dirinya itulah yang sudah mencuri Kitab Kalamenjara.
Ya, siapa lagi! Sebab seharian ini hanya pemuda itu yang berada di dekatnya.
"Sri! Kau pasti sedang mencariku!" suara lantang tiba-tiba terdengar, menghentikan kelebatan Sri Kantil.Â
"Aku di sini Sri! Jangan celingak-celinguk macam gadis songong begitu!"Â
Sri Kantil menengadahkan kepala. Dilihatnya pemuda aneh yang diburunya itu sedang duduk di atas sebuah pohon. Tanpa berkata apa-apa Sri Kantil segera memasang kuda-kuda. Satu tangannnya terjulur di depan dada. Sedang tangan yang lain mencabut tongkat panjang yang berada di punggungnya. Ia menyabetkan tongkat itu ke sana ke mari. Hawa panas seketika bergulung mengguncangkan pohon di mana pemuda aneh itu berada.
Batang pohon terbakar dengan bunyi gemeretak. Sebelum pohon tumbang, pemuda aneh itu melompat turun dengan gerakan yang lincah dan manis.
Tahu-tahu pemuda itu sudah berdiri di hadapan Sri Kantil.
"Caramu menurunkanku sungguh sangat menawan, Sri!" pemuda itu tertawa renyah. Sri Kantil tidak menggubris. Ia sudah siap dengan jurus selanjutnya.Â