Kalau saja pemuda itu tidak memiringkan tubuhnya sedikit ke arah samping, maka habislah ia.
"Baiklah, Sri! Aku akan menyingkir dulu! Tapi nanti aku pasti kembali!" pemuda itu melesat bagai angin. Sri Kantil tertegun sejenak. Ilmu meringankan tubuh yang dikuasai pemuda itu sungguh sangat tinggi. Bahkan Sri Kantil nyaris tidak mampu merasakan kelebatannya.
Sri Kantil berjalan tertatih menuju sungai kecil yang mengalir di hadapannya. Ia merendam kedua kakinya berlama-lama di sana. Sesekali ia berkaca di atas permukaan air. Mengintip wajahnya yang babak belur.
Sembari menahan perih ia membasuh luka-lukanya dengan hati-hati. Lalu mengeringkannya dengan kain yang mengikat kepalanya.
Brukkk!!!
Sebuah bungkusan jatuh tepat di atas batu besar di pinggir sungai. Sri Kantil yakin itu pasti perbuatan pemuda tengil itu. Meski agak jengkel Sri Kantil tidak mengabaikannya. Ia meraih bungkusan itu.
Seperangkat pakaian bersih.
Setengah tersenyum Sri Kantil menyapu pandangan ke sekeliling. Tidak terlihat siapa pun. Pemuda itu rupanya sudah menghilang entah ke mana.
Maka tanpa ragu Sri Kantil memutuskan untuk membersihkan diri. Mandi.
***
Sementara dari jauh, pemuda itu mengawasi Sri Kantil dari atas pohon yang cukup tinggi. Meski beberapa kali ia terpaksa memalingkan wajah. Terutama ketika Sri Kantil melepas seluruh pakaiannya dan menghanyutkan diri mengikuti aliran sungai.