Air mataku jatuh, serupa genangan.
Menganak sungai.
Wangi bunga menur masih merebak memenuhi ruang hatiku.
Kalau saja aku tak disaput malu, ingin rasanya aku menjerit sekeras-kerasnya.
"Kau masih bisa hamil, Pris..." suaramu membuatku menghidu udara senja yang kian temaram. Ya, kau selalu bilang begitu. Selalu bilang aku harus bersabar. Kau tidak tahu bahwa rasa itu--sabar, ia baru saja lenyap bersama angin yang membawa jasadnya pergi.
Hidungku semakin memerah. Suaraku sengau pecah.
Kau mengulurkan tangan. Meraih selembar tisu dan menyodorkan perlahan ke arahku.
"Sudah, hentikan tangismu," ujarmu seraya mengelus lembut kedua belah pipiku.Â
***
Seperti kapas tubuhku ringan melayang di udara. Menuju gumpalan awan. Aku tidak sendiri. Beberapa bidadari bersayap keemasan menemaniku. Mereka--para bidadari itu menari-nari dan bersenandung riang menghiburku.
Masih, aku mendengar suara perempuan itu. Yang menamai diriku Menur. Ia terisak dengan cuping hidung yang memerah.
Salah seorang bidadari mengganti popokku. Kemudian menggendongku.
"Kami adalah pengganti Ibumu, Menur. Kami akan menjaga dan merawatmu sebaik ia. Beri tahu perempuan itu. Jangan mengendap kesedihan terlalu lama," salah seorang dari bidadari membisikiku.
Dan aku menurutinya.
Ketika perempuan itu tertidur akibat kelelahan menangis, aku datang melalui mimpinya.
***
Perempuan itu duduk di atas batu besar dengan tangan bertopang dagu. Rambutnya terlihat kusut masai. Acak-acakan. Ia terkejut ketika melihatku tiba-tiba berada di sisinya.
"Siapa kau?" ia bertanya gugup.
"Aku Menur, anakmu," jawabku seraya menyungging senyum. Ia membelalakkan kedua matanya.Â
"Menur? Tidak! Menur itu bayi mungil yang lucu, imut, montok dan menggemaskan. Sedang kau? Tidak..." ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
Aku tertawa.
"Yang kau lihat saat itu adalah Menur delapan belas tahun silam. Sedang yang ada di hadapanmu sekarang adalah Menur yang sudah beranjak dewasa," aku berusaha menjelaskannya.
Kali ini ia menyipitkan kedua matanya. Â
"Mengapa Menur-ku tumbuh menjadi gadis seperti ini?" ia bergumam lirih. Ada nada penyesalan yang berusaha ia sembunyikan.
"Kau tidak suka aku menjadi anakmu?" aku menyentuh pundaknya. Ia menoleh. Mata kami bertemu. Wajah kami menjadi begitu dekat.Â
"Lidahmu bertindik? Dan--oh, lehermu bertatto!" seketika ia menjauhkan pundaknya dari tanganku. Ia tampak begitu ketakutan.
Belum juga aku mengatakan sesuatu, ia terbangun dari tidurnya. Wajahnya yang pucat berkeringat.
"Key! Mimpi itu datang lagi!" ia berseru lantang. Membuat seorang pria yang berada di ruang tengah tergopoh mendatanginya.Â
"Jangan menuruti pikiranmu, Pris. Tidurlah kembali dengan tenang..." pria itu menyodorkan segelas air putih. Dan perempuan yang dipanggilnya Pris itu menerimanya dengan tangan gemetar.
"Bayi kita telah tumbuh dewasa, Key. Tapi wajahnya...sungguh sangat mengerikan!"
***
Entah apa yang ada dalam pikiran Key. Tahu-tahu ia membawaku ke tempat asing, sebuah ruangan yang sangat luas dan didominasi oleh warna putih.Â
Tubuhku terbaring telentang di atas dipan. Lebih tepatnya--diharuskan telentang. Ada tali temali yang membatasi gerakanku.Â
Ketika mendongak, mataku menangkap sederet huruf yang tertera pada papan kecil yang ditempelkan di sandaran ranjang tepat di atas kepalaku.
Nn.Priscilla, Usia 18 Tahun, Skizofrenia.
Aku tertawa.Â
Tawaku membuat dua orang berseragam biru bergegas menghampiri. Salah satu dari mereka memeriksa pergelangan tanganku.
"Sudah waktunya dia mendapat suntikan?" ia menoleh ke arah orang yang berdiri di belakangnya. Orang itu mengangguk.
Beberapa menit kemudian aku merasakan rasa nyeri menjalari sekujur tubuhku.
"Sekarang tidurlah, Nona Priscilla."
Sebelum kantuk menyerang, aku sempat bergumam.
"Namaku Menur. Bukan Priscilla. Priscilla sudah mati sejak ia menggugurkan kandungannya atas perintah kekasihnya. Key. Kau paham sekarang?"
Lalu aku melihat bunga-bunga menur.Â
Bergelantungan mencekik leherku.
***
Malang, 23 Juli 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H