Aku tertawa.Â
Tawaku membuat dua orang berseragam biru bergegas menghampiri. Salah satu dari mereka memeriksa pergelangan tanganku.
"Sudah waktunya dia mendapat suntikan?" ia menoleh ke arah orang yang berdiri di belakangnya. Orang itu mengangguk.
Beberapa menit kemudian aku merasakan rasa nyeri menjalari sekujur tubuhku.
"Sekarang tidurlah, Nona Priscilla."
Sebelum kantuk menyerang, aku sempat bergumam.
"Namaku Menur. Bukan Priscilla. Priscilla sudah mati sejak ia menggugurkan kandungannya atas perintah kekasihnya. Key. Kau paham sekarang?"
Lalu aku melihat bunga-bunga menur.Â
Bergelantungan mencekik leherku.
***
Malang, 23 Juli 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!