Blup!
Mendadak Lasmi tersedak. Ia terbatuk berulang-ulang.
"Hoooekk...!" gadis muda itu tak dapat lagi menahan rasa mual yang mengaduk-aduk isi perutnya. Dan tak pelak lagi, ia pun muntah berkali-kali. Mak Sanipah terkejut. Seketika ia menghentikan ritualnya. Didekatinya Lasmi yang masih menangkup erat bawah dadanya dengan kedua tangan.
Dengan panik Mak Sanipah merengkuh pundak Lasmi. Lalu direbahkannya perlahan kepala cucu kesayangannya itu di atas dadanya yang ringkih.
"Apa yang terjadi padamu, Nduk?" Mak Sanipah bertanya cemas. Lasmi tidak menyahut. Hanya kepalanya sedikit miring ke kiri. Melirik ke arah boneka Jelangkung yang dibiarkan tergeletak di atas lantai.
"Kau sakit, Lasmi?" kembali Mak Sanipah bertanya. Lasmi tetap membisu. Mak Sanipah terpaku. Dilihatnya boneka Jelangkung berdesing hebat. Seolah memanggilnya.Â
Segera Mak Sanipah berdiri, mendapati kembali boneka dari tempurung kelapa itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara.
"Jelangkung...Jelangsat! Katakan apa yang sudah menimpa cucuku Lasmi!" suara Mak Sanipah meninggi. Tampak sekali ia tengah memendam kegeraman yang amat dalam.
Boneka Jelangkung menggerak-gerakkan ujung ruas bambu yang bersemat kapur tulis. Mak Sanipah segera tanggap. Diraihnya papan kecil di bawah kolong meja.
Kejadian selanjutnya adalah--boneka Jelangkung di hadapan Mak Sanipah mulai mencoretkan kalimat.
"Lasmi hamil..."