Suaru hari ia mendapat tugas menyerahkan berkas-berkas ke ruangan pimpinannya. Selama beberapa hari bekerja, baru pertama kalinya ia memiliki kesempatan bertemu pria muda yang menjadi bossnya itu.
Dengan ragu Marie mengetuk daun pintu yang dibiarkan terbuka.
"Masuklah!" pria muda itu mempersilakannya. Marie mengangguk. Lalu berjalan mendekat dan meletakkan berkas-berkas yang sejak tadi berada di dalam pelukannya ke atas meja.
Tanpa melihat ke arah Marie, Â boss muda itu memeriksa tumpukan kertas di hadapannya. Beberapa jenak kemudian ia mengangkat tangan, memberi tanda agar Marie pergi.
Marie bersiap meninggalkan ruangan ketika tiba-tiba boss muda itu bertanya, "Tunggu, benarkah namamu Marie?"
"Benar sekali, Pak," Marie menjawab tegas.
"Namamu mengingatkanku pada gadis kecil 13 tahun yang lalu. Oh, astaga! Ini sudah tahun ketigabelas sejak kami berpisah," boss muda itu terlihat murung.
Mendengar itu tentu saja Marie sangat terkejut. Matanya yang bulat menatap lekat-lekat boss muda yang ternyata juga tengah mengamatinya.
"Apakah gadis itu ikut rombongan bus bersama teman-temannya yang berjumlah 13? Di hari Jumat ketigabelas--pada ulang tahun Anda yang ketigabelas?" Marie bertanya dengan dada bergemuruh menahan perasaannya. Boss muda itu mengangguk.
Seketika Marie mengulurkan tangannya dengan gemetar.
"Jhon! Akulah Marie-mu itu. Aku masih hidup Jhon!" Marie berseru setengah menangis.