"Karina, sayangku. Aku telah melunasi hutang mereka padamu," bisikku di antara jerit panik para penumpang yang baru menyadari kondisi ferry yang oleng ke kiri dan mulai terbakar.
"Aku menyesal telah mengajarimu mantra itu, Caprio. Kupikir kau hanya ingin mencari keberadaan istrimu yang hilang. Tapi ternyata tidak!" Masio mulai marah dan menatapku tajam. Â
"Oh, ya?" tawa puasku kian pecah.Â
Bluuup!
Entah apa yang dilakukan Masio terhadapku. Tahu-tahu tubuhku menyusut dan menggelepar-gelepar di atas tanah.
Seorang bocah belasan tahun berlari-lari kecil mendapatiku.
"Ayah! Satu lagi ikan Mas ukuran besar terdampar di tepi danau ini!" bocah itu berseru riang seraya mengepit tubuhku dengan jemarinya..
"Bawa saja ia pulang, Nak. Masukkan ke dalam kolam di belakang rumah. Pertemukan dengan ikan Mas betina yang kemarin ayah tebus dari seorang nelayan."
Itu suara Masio. Tanpa memedulikan keadaanku.
"Ikan Mas bernama Karina itu, Ayah?"
Aku tertegun.