"Kian merajalela saja tindak kejahatan akhir-akhir ini. Meski gembong narkoba itu sudah ditangkap, di luar anak buahnya masih ganas beraksi."
"Harus dibuat jera mereka itu," Ibu mertua menyela seraya meletakkan benang rajutan di tangannya.
"Hukuman mati tidak membuat nyali mereka ikut mati," Mas Herman meraih pundakku. Menidurkan kepalaku di atas dadanya.
"Masak apa untuk berbuka hari ini, Tri?" ia mengalihkan pembicaraan.
"Ayam kecap kesukaanmu, Mas," aku menyahut pelan.Â
Bukan. Sebenarnya bukan makanan kesukaan Mas Herman. Tapi kesukaan Bapak.
"Kita makan di luar saja, ya. Kecap mengingatkanku pada darah kental pria tua itu," Mas Herman meraih tisu di atas meja. Menyeka keringat yang mendadak membasahi keningnya.
"Kau sudah mengeksekusinya, Mas?" aku menggigil. Mas Herman mengangguk.
"Kapan?"
"Menjelang Subuh tadi."
***