"Tapi membawa lari anak orang itu berbahaya, Dul. Kalau orang tuanya sampai melaporkan ke polisi, habislah lu."
"Kan Ane langsung pulangin Ainun, Dot. Baru juga sehari," kembali Abdul tertawa.Â
"Tadinya Ane mikir sebelum janur kuning melengkung, Ainun masih bisa  Ane rebut," ia melanjutkan sembari menepuk keningnya sendiri.
Perbincangan berhenti sampai di situ. Sebab toko percetakan sebentar lagi akan ditutup.
"Sampai ketemu di lain hari, ya, Dul. Pada acara resepsi pernikahan kami..." ujarku seraya menyerahkan undangan yang baru saja kucetak.
Abdul terlonjak kaget.
Lalu tangan kekarnya meninju keras-keras pundak kurusku.
***
Sesampai di rumah hari hampir Magrib. Kulihat Aisyah berlari-lari kecil menyambutku.
"Kak Didot, tadi ada tamu."
"Siapa?"