Tuan Billy adalah seorang pengacara yang sudah berumur. Ia type suami pencemburu. Hampir setiap hari ia mencemburui istrinya. Kecemburuan itu dimulai sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Begitu seterusnya.
Amelia, istrinya, pada awal-awal pernikahan mereka merasa senang karena menganggap perasaan cemburu Tuan Billy adalah bukti bahwa suaminya itu sangat mencintainya. Tapi lambat laun karena kecemburuan yang ditunjukkan Tuan Billy sudah berlebihan, Amelia menjadi jengkel dan merasa sangat terganggu.
"Jangan menjemur pakaian di halaman. Banyak pria hidung belang yang suka mengintipmu," begitu hampir setiap pagi Tuan Billy mengingatkan istrinya sebelum berangkat bekerja.
"Tidak ada pria-pria seperti yang kau tuduhkan itu," Amelia menyahut dengan suara tinggi.
"Kata siapa? Aku kemarin sempat melihat tukang angkut sampah di depan rumah tak henti melirikmu," Tuan Billy menatap istrinya dengan wajah memberengut.
"Astaga Billy! Masa iya tukang sampah kau cemburui juga? Kemarin tukang sayur. Tempo dulu tukang ledeng. Lalu tukang susu. Sepertinya semua pria yang melihatku kau anggap buruk di matamu," Amelia membanting pintu kamarnya. Ia sangat kesal terhadap sikap suaminya itu. Iapun memilih mengurung diri ketimbang bersitegang.
Tuan Billy meninggalkan rumah dengan hati dongkol. Sebenarnya ia punya alasan kuat mengapa ia selalu tak bisa menahan rasa cemburunya. Amelia itu perempuan cantik. Sangat cantik. Banyak pria jatuh cinta dan menaksir padanya meski tahu ia sudah bersuami.
Tuan Billy berjalan sambil melamun. Saat hampir tiba di kantornya, kakinya tersandung sebuah batu yang berserak di tengah jalan.
"Anda terlihat banyak pikiran, Tuan!" sebuah suara mengagetkannya. Pria itu menghentikan langkah. Mencari-cari siapa yang baru saja bicara padanya.
Tak ada siapa pun. Kecuali batu yang tadi nyaris membuatnya terpeleset jatuh.
"Ya, sayalah yang bicara dengan Anda," suara itu terdengar lagi. Tuan Billy membelalakkan mata.
"Sebuah batu bicara padaku? Apa aku sudah gila?" Tuan Billy menepuk jidatnya sendiri.
"Anda masih waras, Tuan. Saya memang bisa bicara. Saya batu ajaib."
Tuan Billy mengernyitkan alis. Batu ajaib? Ia tercenung beberapa saat. Mengingat-ingat sesuatu. Kemudian ia melonjak gembira.Â
Ya, ia ingat sekarang. Ia pernah mendengar cerita itu. Tentang sebuah batu yang bisa mengabulkan segala permintaan.
Tuan Billy segera menepi. Batu ajaib itu menggelinding mengikuti.
"Apakah kau bisa menolongku?" Tuan Billy bertanya pelan.
"Tentu. Sudah lama saya tidak bertemu seseorang dan melakukan kebaikan," batu ajaib itu menyahut girang.
"Aku ingin mengawasi istriku meski aku sedang berada di kantor."
"Ah, itu mudah. Anda bisa memasang kamera pengintai di sekitar rumah Anda."
"Itu terlalu umum. Aku menginginkan sesuatu yang berbeda."
"Maksud Tuan?"
"Aku ingin membawa istriku ke mana saja dalam bentuk yang lain."
"Coba Anda jelaskan lebih gamblang."
"Aku ingin istriku berubah menjadi benda kecil yang praktis, yang bisa kumasukkan ke dalam kantung celanaku."
Batu ajaib itu berpikir sebentar.
"Baiklah. Saya akan mengubah istri Anda menjadi pemantik api. Anda akan selalu bersamanya ke mana pun."
Lalu keajaiban terjadi. Amelia yang tengah duduk bertopang dagu di dalam kamarnya mendadak tubuhnya mengecil, mengeras kemudian membentuk kotak kecil. Dan tahu-tahu ia sudah berada di dalam saku celana Tuan Billy.
Pagi itu Tuan Billy berada di kantornya dengan tenang. Batu ajaib dibawanya serta. Juga pemantik api yang sudah dikeluarkannya dari saku celana dan diletakkannya hati-hati di atas meja.
Seorang pria muda--klien  pertamanya pagi itu datang menghadap. Usai berbasa-basi pria muda itu mengeluarkan sigaret dari saku kemejanya.
"Permisi Tuan, boleh saya pinjam pemantik api Anda sebentar?" tangan pria muda itu terulur. Siap meraih pematik api di atas meja.
"Jangan! Jangan sentuh benda itu! Dia istriku!" tanpa sadar Tuan Billy berseru lantang.Â
Tentu saja pria muda yang sedianya hendak berkonsultasi itu sangat terkejut. Serta merta ia berdiri. Lalu tanpa pamit berlalu meninggalkan ruangan.Â
Pria muda itu beranggapan Tuan Billy sudah kehilangan kewarasannya.
Apakah Anda juga berpikiran sama dengan  klien  Tuan Billy?
Baiklah, saya beri tahu. Amelia saat ini sedang asyik memasak di dapur. Ia sama sekali tidak berubah. Perempuan itu dalam keadaan baik-baik saja.
Latas mengenai batu ajaib itu? Ah, itu hanya khayalan Tuan Billy. Pria tua itu sedang bingung. Tidak tahu bagaimana lagi harus mengendalikan rasa cemburunya.
***
Malang, 24 April 2018
Lilik Fatimah Azzahra
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI