Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Ketika Arimbi Jatuh Cinta

7 April 2018   21:17 Diperbarui: 7 April 2018   21:42 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas.com)

Jleg!! Tahu-tahu sosok tinggi besar bersimpuh di hadapannya, menggelandot erat di kakinya sembari berkata, "Kangmas...Kangmas Bimasena. Aku jatuh cinta padamu."

Bimasena berusaha menahan diri untuk tidak marah. Sesuai dengan karakternya yang pendiam, putra kedua Prabu  Pandu Dewanata itu hanya mengibaskan kakinya sedikit. Namun kibasan yang sedikit itu mampu membuat mahluk aneh yang semula bertekuk lutut di hadapannya terpental jauh.

Merasa lega terlepas dari entah siapa dia--Bimasena kembali menyandarkan punggung pada sebatang pohon beringin yang rindang. Ia merasakan sekujur tubuhnya amat lelah. Seharian itu ia telah membelah kayu bergelondong-gelondong untuk membuat gubuk tinggal bagi Ibu dan saudara-saudaranya. Ia ingin rehat sejenak.

Tapi baru saja matanya terpejam, ia merasakan pijatan lembut pada punggung dan kedua pundaknya. Adik dari Yudistira itu sontak membuka mata.

Mahluk itu lagi! 

Bimasena refleks menepis tangan berukuran besar itu sembari menggeram.

"Apa maumu yang sebenarnya wahai mahluk buruk rupa?" Bimasena telah kehilangan kesabaran. Dengan sekali hentak dilemparkannya tubuh raseksi yang belum sempat memberi tahu siapa jati dirinya itu, jauh-jauh dari hadapannya.

"Anakku Bimasena, jangan perlakukan perempuan sekasar itu! Lihatlah ia. Betapa lemah dan tak berdayanya," Dewi Kunti menasehati putranya. Bimasena tidak begitu mendengarkan. Rasa kantuk lebih menguasai dan membuat ia memilih terlelap kembali.

Raseksi yang terhempas itu menangis. Suara isaknya terdengar memilukan di telinga Dewi Kunti.

"Siapa namamu duhai Raseksi nan jelita?" dengan lembut Dewi Kunti bertanya.

"Saya Arimbi. Adik dari Arimba raja Pringgandani yang beberapa waktu lalu tewas terbunuh oleh Kakangmas Bimasena," raseksi itu menjawab dengan pipi merona. Sebutan raseksi nan jelita membuatnya tersipu.

"Maafkan putraku, anakku. Bimasena terpaksa membunuh kakakmu karena kakakmu menyerang terlebih dulu secara membabi buta. Arimba menuduh Bimasena merampas daerah kekuasaannya," Dewi Kunti menjelaskan dengan hati-hati.

"Saya tahu. Kakak saya memang bertemperamen kasar. Ia sulit menerima penjelasan dari siapa pun."

"Semoga jiwa kakakmu tenang di alam sana." Dewi Kunti menangkupkan kedua tangannya sembari memejam mata memohon kepada dewata agar mengabulkan doa-doamya.

Arimbi menunggu beberapa saat hingga Dewi Kunti membuka kembali kedua matanya.

"Ibu Dewi, bolehkah saya bertanya satu hal?" Arombi bertanya ragu.

"Apa itu duhai raseksi nan ayu?"

"Bisakah Kakangmas Bimasena berubah pikiran mengasihani saya? Ia tampak begitu membenci saya. Berkali ia menolak diri saya dengan cara amat menyakitkan."

Dewi Kunti tersenyum. Lalu disentuhnya ujung jemari Arimbi.

"Bersabarlah anakku. Bimasena pasti kelak berbalik jatuh cinta padamu."

Dewi Kunti berkata demikian karena tahu Arimbi memilki cinta yang sangat besar terhadap putranya. Ia bisa merasakan ketulusan hati Arimbi dalam mencintai meski wujudnya merupa seorang raseksi berwajah menakutkan.

Maka diam-diam istri Pandu Dewanata itu menengadahkan kepala ke langit. Berdoa kepada para dewa agar menurunkan keajaiban.

Dan benarlah. Doa Dewi Kunti terjawabkan. Raseksi bernama Arimbi itu sedikit demi sedikit tubuhnya menyusut. Mengecil hingga seukuran manusia normal. Wajah buruknya pun berubah menjadi cantik menawan.

Bimasena yang baru saja terbangun dari tidurnya terkejut setengah mati. 

Siapa gerangan gadis jelita yang tengah bercengkrama dengan Ibundanya itu?

Dewi Kunti segera tanggap. Dihampirinya Bimasena seraya berkata, "Dia Arimbi. Raseksi yang beberapa waktu lalu kautendang hingga terpental jauh. Sekarang jemputlah ia sebagai menantuku. Ia adalah jodoh yang telah dikirim dewata untukmu."

Antara malu dan gembira Bimasena segera melaksanakan titah Ibundanya. Disongsongnya Dewi Arimbi sepenuh hati untuk kemudian dijadikan sebagai pendamping hidupnya.

Kelak akan lahir buah cinta mereka seorang bayi ajaib bernama Bambang Tetuka atau lebih dikenal dengan sebutan Gatotkaca.

***

Malang, 07 April 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun