"Maafkan putraku, anakku. Bimasena terpaksa membunuh kakakmu karena kakakmu menyerang terlebih dulu secara membabi buta. Arimba menuduh Bimasena merampas daerah kekuasaannya," Dewi Kunti menjelaskan dengan hati-hati.
"Saya tahu. Kakak saya memang bertemperamen kasar. Ia sulit menerima penjelasan dari siapa pun."
"Semoga jiwa kakakmu tenang di alam sana." Dewi Kunti menangkupkan kedua tangannya sembari memejam mata memohon kepada dewata agar mengabulkan doa-doamya.
Arimbi menunggu beberapa saat hingga Dewi Kunti membuka kembali kedua matanya.
"Ibu Dewi, bolehkah saya bertanya satu hal?" Arombi bertanya ragu.
"Apa itu duhai raseksi nan ayu?"
"Bisakah Kakangmas Bimasena berubah pikiran mengasihani saya? Ia tampak begitu membenci saya. Berkali ia menolak diri saya dengan cara amat menyakitkan."
Dewi Kunti tersenyum. Lalu disentuhnya ujung jemari Arimbi.
"Bersabarlah anakku. Bimasena pasti kelak berbalik jatuh cinta padamu."
Dewi Kunti berkata demikian karena tahu Arimbi memilki cinta yang sangat besar terhadap putranya. Ia bisa merasakan ketulusan hati Arimbi dalam mencintai meski wujudnya merupa seorang raseksi berwajah menakutkan.
Maka diam-diam istri Pandu Dewanata itu menengadahkan kepala ke langit. Berdoa kepada para dewa agar menurunkan keajaiban.