Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Dongeng Wayang | Drupadi, Siapa Pemilik Hatimu?

19 Maret 2018   13:41 Diperbarui: 19 Maret 2018   14:06 1613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drupadi satu-satunya tokoh perempuan dalam pewayangan yang digambarkan menjalani hidup poliandri. Hidup seatap bersama lima laki-laki---Pandawa yang menjadi suaminya.

Drupadi sebenarnya sempat memohon kepada Dewa Khrisna agar ia mengubah suratan takdirnya itu. Memiliki lima suami bukankah itu berat? Namun Dewa Khrisna tidak berkenan mengabulkan. Dewa itu hanya meninggalkan pesan, "Seperti halnya Perang Mahabarata yang harus terjadi, seperti itulah kau mesti menjalani takdirmu."

"Tapi Pukulun, bagaimana saya bisa melayani lima orang suami?" Drupadi masih terlihat cemas dan bingung.

"Aku akan memberimu mantra agar selalu menjadi perawan," Dewa Khrisna berusaha menenangkan hati Drupadi. 

Tidak banyak yang tahu pergolakan batin yang dialami oleh putri Raja Drupada dari Kerajaan Champala itu. Tidak juga sang Ayah yang sejak awal memang tidak berkenan atas kehadirannya.

Saat menjalani ritual Putrakama Yajna kepada Dewa Api agar diberi keturunan, Raja Drupada memang memanjat doa agar keinginannya segera terwujud. Ia berharap memiliki seorang anak laki-laki yang kelak akan menggantikannya. Dewa Agni pun mengabulkan doanya. Namun tidak seperti yang diinginkan, keturunan yang dikirimkan ternyata seorang anak perempuan.

Bagi Raja Drupada, anak perempuan sungguh sangat tidak berguna. Ia tidak bisa dilatih ilmu perang atau sejenisnya selayak anak laki-laki. Menurutnya perempuan itu lemah. Sama sekali tidak berguna.

Karena kesal Raja Drupada mengeluarkan kutukan yang ditujukan kepada Drupadi. Sepanjang hidupnya anak perempuannya yang terlahir dari api itu akan mengalami kesengsaraan dan ketidakadilan.

Untunglah Dewa Khrisna selalu siap turun tangan. Dijadikannya Drupadi anak yang baik, berbakti, penuh kasih sayang dan perhatian. Juga cerdas. Drupadi bisa melakukan apa saja yang biasa dilakukan oleh kaum laki-laki. Ia belajar ilmu pemerintahan, ilmu politik, sosial dan budaya.

Ketika perjalanan takdir telah sampai pada garisnya, di mana Drupadi harus rela menjadi obyek sebuah sayembara yang dilakukan oleh Ayahandanya sendiri, Drupadi pun mulai paham, alangkah tebalnya tembok patrial yang mengungkungnya.

Drupadi sebenarnya seorang gadis pemberontak. Kalau mau bisa saja ia menolak segala keputusan Ayahandanya. Namun ia tidak melakukannya. Ia terlanjur terlahir sebagai anak baik. Ia lebih memilih berbakti kepada orangtuanya. Menjaga maruah Ayahandanya di hadapan para pengikut sayembara ketimbang memenangkan egonya sendiri.

Saat Yudistira, sang pembarep Pandawa berhasil memenangkan sayembara atas dirinya dan diperkenankan membawanya pulang, Drupadi tanpa banyak cakap segera mengikuti.

Dewi Kunti, Ibu dari kelima Pandawa yang siang itu mendapat kabar dari Arjuna bahwa Pandawa telah berhasil memenangkan sayembara, tanpa bertanya lebih dulu terlanjur berujar, "Kalian harus membagi rata hadiah sayembara itu."

Apa yang terpikirkan dalam benak Pandawa ketika Ibu mereka berkata demikian? Tidakkah mereka berusaha menjelaskan bahwa hadiah yang diterima bukan berupa barang melainkan seorang perempuan?

Kisah Drupadi hanyalah sebagian kisah kecil dari kisah perempuan yang digambarkan sebagai mahluk lemah. Mahluk yang harus rela menerima keadaan meski keadaan itu tidak sesuai dengan hati nuraninya.

Yudistira pernah lalai mempertaruhkan dirinya dalam ajang perjudian. Drupadi menangis saat Kurawa berhasil memenangkan dirinya dan Dursasana menyeret paksa tubuhnya. Tangis perempuan itu mampu mengguncang kahyangan manakala Kurawa berusaha menelanjanginya di depan umum. 

Jika saja Dewa Khrisna tidak turun tangan menolongnya, barangkali Drupadi akan berbalik arah menjadi perempuan pembenci kaum laki-laki. Termasuk membenci kelima suaminya yang saat kejadian itu hanya terpaku diam tanpa berusaha membelanya.

Kisah miris lainnya adalah ketika Drupadi mengikuti Pandawa mengungsi meninggalkan istana. Sebagai perempuan yang stamina tubuhnya jauh lebih lemah dibanding laki-laki, Drupadi terjatuh karena kelelahan. Tapi lagi-lagi ia harus menelan kepedihan. 

Mengapa tidak satu pun dari Pandawa bergegas mengulurkan tangan ke arahnya? Bahkan ketika tubuh mungilnya menggelinding jatuh ke dalam jurang, para lelakinya itu tetap bergeming.

Apa salah dan dosa Drupadi sehingga Pandawa tega berlaku demikian?

Sepasang gagak hitam yang terbang beriringan tanpa sengaja mendengar percakapan lima suami Drupadi itu.

"Mengapa Kakanda Yudistira tidak berusaha menolong Drupadi? Haruskah aku yang turun tangan?" suara Bima menggelegar.

"Kalau diperkenan, aku akan segera menyusulnya!" Arjuna tak mau kalah.

"Biarkan kami berdua yang menuruni jurang. Ia sepertinya tersangkut pada sebatang pohon," suara Nakula dan Sadewa saling bersahutan.

Yudistira, sang pemilik wajah tenang itu menatap keempat adiknya. Lalu tangannya yang lembut terangkat, memberi tanda agar saudara-saudaranya tidak melakukan tindakan apa pun.

"Biarkan ia seperti itu," Yudistira bergumam pelan. "Biarkan Drupadi menjalani takdirnya. Ia memang milik kita, istri kita. Tapi hatinya bukan untuk kita." 

Mendengar itu gagak betina berbisik parau di telinga pasangannya.

"Jadi...siapa sebenarnya pemilik hati Drupadi?"

***

Malang, 19 Maret 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun