Saat Yudistira, sang pembarep Pandawa berhasil memenangkan sayembara atas dirinya dan diperkenankan membawanya pulang, Drupadi tanpa banyak cakap segera mengikuti.
Dewi Kunti, Ibu dari kelima Pandawa yang siang itu mendapat kabar dari Arjuna bahwa Pandawa telah berhasil memenangkan sayembara, tanpa bertanya lebih dulu terlanjur berujar, "Kalian harus membagi rata hadiah sayembara itu."
Apa yang terpikirkan dalam benak Pandawa ketika Ibu mereka berkata demikian? Tidakkah mereka berusaha menjelaskan bahwa hadiah yang diterima bukan berupa barang melainkan seorang perempuan?
Kisah Drupadi hanyalah sebagian kisah kecil dari kisah perempuan yang digambarkan sebagai mahluk lemah. Mahluk yang harus rela menerima keadaan meski keadaan itu tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Yudistira pernah lalai mempertaruhkan dirinya dalam ajang perjudian. Drupadi menangis saat Kurawa berhasil memenangkan dirinya dan Dursasana menyeret paksa tubuhnya. Tangis perempuan itu mampu mengguncang kahyangan manakala Kurawa berusaha menelanjanginya di depan umum.Â
Jika saja Dewa Khrisna tidak turun tangan menolongnya, barangkali Drupadi akan berbalik arah menjadi perempuan pembenci kaum laki-laki. Termasuk membenci kelima suaminya yang saat kejadian itu hanya terpaku diam tanpa berusaha membelanya.
Kisah miris lainnya adalah ketika Drupadi mengikuti Pandawa mengungsi meninggalkan istana. Sebagai perempuan yang stamina tubuhnya jauh lebih lemah dibanding laki-laki, Drupadi terjatuh karena kelelahan. Tapi lagi-lagi ia harus menelan kepedihan.Â
Mengapa tidak satu pun dari Pandawa bergegas mengulurkan tangan ke arahnya? Bahkan ketika tubuh mungilnya menggelinding jatuh ke dalam jurang, para lelakinya itu tetap bergeming.
Apa salah dan dosa Drupadi sehingga Pandawa tega berlaku demikian?
Sepasang gagak hitam yang terbang beriringan tanpa sengaja mendengar percakapan lima suami Drupadi itu.
"Mengapa Kakanda Yudistira tidak berusaha menolong Drupadi? Haruskah aku yang turun tangan?" suara Bima menggelegar.