Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Duri Kembang Jathilan

3 Maret 2018   06:54 Diperbarui: 3 Maret 2018   08:24 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia bercerita lagi, dengan suara bergetar, bagaimana Wak Dun telah menjebaknya. Membawanya ke suatu tempat---semacam losmen kecil ketika para anggota Jathilan yang lain sedang menggelar pertunjukan untuk bebersih desa. 

"Mengapa kau tidak berusaha menolaknya?" aku menyesalkan tindakannya seraya menyodorkan secangkir kopi. Ia terdiam. Jemarinya menangkup pinggang cangkir dan memutar-mutarnya perlahan di atas meja.

"Ia laki-laki yang kuat. Sangat kuat. Meski sudah setengah umur," ia berkata pelan.

"Kau tidak ingin melaporkannya kepada polisi?" aku masih belum puas dengan jawaban yang diberikannya.

"Dengan bukti apa? Aku tidak menyimpan bukti apapun. Satu-satunya bukti bercak darah pada celana dalamku sudah kubuang ke dalam tong sampah."

"Kau seharusnya tidak membuangnya. Itu bisa menjadi senjatamu menyeret lelaki hidung belang tak tahu diri itu," aku menyesali kecerobohannya.

"Kau kira mudah memidanakan seorang Wak Dun? Ia punya banyak uang. Tentu orang-orang lebih percaya padanya ketimbang padaku," ia menyeruput sedikit kopinya. Mendadak kegetiran ikut merasuki hatiku. Ya, aku paham. Wak Dun adalah orang berpengaruh di kampung kami. Ia cukup dihormati karena kekayaannya yang melimpah ruah.

"Jadi itu yang membuatmu tiba-tiba menghilang dari kampung ini?" aku menatapnya dalam-dalam. Ia menggeleng.

"Lalu?" aku mendesaknya.

"Usai Wak Dun, beberapa laki-laki di kampung ini---yang sudah beristri--- berbondong-bondong antre meniduriku."

Aku ternganga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun