"Pak Mus. Saya mendapat tugas memberi  woro-woro kepada seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah sini. Sangat penting."
Pamong desa itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam tasnya.
"Kalau pada pemilihan Pilkada nanti sampean  memilih orang ini, akan ada sedikit salam tempel sebagai ungkapan terima kasih."
Pamong desa itu menyodorkan amplop ke arah Bapak.
"Walah, ini kampanye terselubung, toh? Kalau aku menolak  piye?"
"Berarti Pak Mus menolak rezeki."
"Loh, aku lebih suka rezeki yang halal."
"Ini halal Pak Mus. Orang ini ikhlas kok memberikannya."
"Ikhlas macam apa itu? Ada embel-embel harus memilih dia kok dibilang ikhlas? Lagi pula masalah memilih pemimpin bukannya urusan pribadi? Tidak boleh ada pemaksaan bukan? Katanya ini negara demokrasi."
Sampai di situ pamong desa yang wangi itu tidak berani mendesak-desak Bapakmu lagi. Ia pergi meneruskan langkah. Mencari mangsa lain yang rela menggadaikan maruah demi uang.Â
Sudah ya, Le. Bapakmu ingin membantu Ibumu memberi makan ayam. Jaga dirimu baik-baik. Jaga maruah, pikiran dan hati dari godaan uang haram.