Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Miss Liz] Dua Lady Bathory?

3 Februari 2018   17:05 Diperbarui: 3 Februari 2018   17:18 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.pinterest.com

Pada  kisah  yang  lalu  aku ( Miss. Liz)  dengan  bantuan  arwah  Kakek  berhasil  menyusul  dua  muridku  yang  menghilang.   Aku berhasil  menembus  kerajaan   Lady  Bathory  dan  menemukan  Renata  dalam  keadaan  terikat.  

------

Belum juga sadar dari rasa terkejut, tiba-tiba melintas kabut pekat yang sangat dingin di hadapanku. Kabut itu bergulung-gulung membentuk pusaran. Lalu berubah bentuk menjadi sosok perempuan bertubuh kurus, tinggi, berwajah pucat dengan rambut disisir rapi ke belakang.

Lady Bathory.

Perempuan penguasa dunia kegelapan itu berjalan anggun menghampiri Renata. Sepertinya ia tidak menyadari kehadiranku. 

Atau memang aku tidak terlihat olehnya?

"Hmm, satu lagi seorang gadis muda. Menggiurkan. Pablo! Paulo! Lepaskan temali yang mengikat gadis cilik ini. Biarkan aku menelusuri pergelangan tangannya untuk mengetahui seberapa hangat darah yang mengalir di sekujur tubuhnya," perempuan kurus berwajah putih pucat itu menyentuh dagu Renata sambil tertawa.

Dua orang pria berumur berlari-lari kecil menghampiri Renata. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau lipat kecil, mengiris temali yang mengikat kaki dan tangan bocah remaja itu.

Begitu terbebas dari ikatan sontak Renata merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Bibirnya mengucap sesuatu.

"Dadyo Sebarang!"

Blaaarrr!

Bola api keluar dari tangan Renata. Lady Bathory yang berdiri anggun di hadapannya mendadak terbakar. Perempuan penguasa dunia kegelapan itu berlari panik sembari berteriak-teriak histeris. 

Yang terjadi selanjutnya  sungguh sangat mengerikan. Tubuh Lady Bathory  meledak menjadi serpihan abu yang berserakan di sana-sini. 

Dua pria tua yang semula mendampinginya sontak berlari pontang-panting  meninggalkan ruangan. 

Renata mundur beberapa langkah. Tubuhnya bergetar sesaat. Wajahnya bermandikan keringat dingin. 

Aku bergegas menghampirinya. Menyentuh pundaknya yang menggigil. Lalu menyeka wajah anak didikku itu dengan sehelai tisu.

"Kau baik-baik saja, Renata?"

"Iya, Miss. Saya baik-baik saja. Hanya kelelahan sedikit. Tapi syukurlah akhirnya semua berakhir," Renata menghela napas panjang. 

Aku hendak mengatakan sesuatu ketika seseorang menyeruak masuk.

Mataku terbelalak.

Lady Bathory!

Sama sepertiku. Renata tidak bisa lagi menyembunyikan kepanikannya. Bocah itu dengan lunglai menyandarkan punggungnya pada dinding ruangan.

"Miss. Liz, apakah saya telah mengucapkan mantra yang salah?"

***

Aku terdiam. Tak tahu harus berbuat apa. Kekuatan Lady Bathory ternyata tidak bisa dikalahkan oleh mantra-mantra pemberian Kakek.

Lady Bathory yang baru muncul menatap kami--aku dan Renata secara bergantian. Anehnya, kali ini tatapan matanya sangat lembut dan bersahabat. Bibirnya menyungging seulas senyum.

"Senang sekali bisa bertemu lagi dengan Anda Miss. Liz, Renata."

Itu suara Bryan.

"Miss. Liz. Bisakah Anda mengeluarkan saya dari tubuh yang aneh ini?"

***

Bryan masih memandangi kami.

"Entah bagaimana saya bisa terperangkap di dalam tubuh perempuan cantik ini. Oh, ya. Saya belum memberitahu satu hal kepada Anda. Wajah Lady Bathory yang asli sangat buruk. Usai mandi dan meminum darah Ema, barulah wajah perempuan jahat itu berubah seperti yang Anda lihat ini," Bryan menjelaskan seraya menunjuk wajahnya.

"Lalu tubuhmu sendiri di mana, Bry?" Renata bertanya seraya menahan senyum. Wajah gadis itu sudah kelihatan normal lagi.

"Masih terbujur di kamar mandi. Oh, Rena, please...bantu aku. Sungguh sangat tidak nyaman berada di dalam tubuh seorang perempuan."

Kukira kami tidak perlu berlama-lama membicarakan hal-hal yang tidak penting. Waktu sudah sedemikian larut. Hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Pikiranku tertuju pada Ayah Bryan. Pria berkumis tebal itu sebentar lagi pasti akan  datang menjemput.

"Kita ke kamar mandi sekarang, Renata. Kali ini kuharap kau masih mengingat beberapa mantra lagi untuk  mengembalikan Bryan ke tubuhnya semula," aku menggamit lengan Renata.

"Tunggu, Miss. Liz! Kukira kita terkecoh!" Renata berseru seraya menghentikan langkah.

Aku menatap murid cerdas itu tak berkedip.

"Ada apa, Renata?"

Renata menunjuk seseorang yang berdiri di belakangku.

"Anda lihat itu Miss. Liz? Bryan--ternyata ia baik-baik saja."

Bersambung...

***

Malang, 03 Februari 2018

Lilik Fatimah Azzahra 

Kisah sebelumnya di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun