Seruan itu membuat Tuan Barry melirik sekilas ke arah arlojinya.
"Oh, mereka masih mengerjakan tugas? Sekarang baru pukul sepuluh. Sebaiknya saya pamit pulang. Nanti saya akan kembali sekitar pukul dua belas," Tuan Barry mengangguk hormat ke arahku.
"Sebaiknya memang begitu, Tuan Barry. Anak Anda sangat rajin. Ia banyak membantu saya mempersiapkan kebutuhan lomba kelas. Saya berjanji akan menelpon Anda jika semua sudah selesai," aku membalas anggukan Ayah Bryan itu.
Tuan Barry pamit pergi. Dan kepergiannya tentu saja membuatku bernapas lega.
Aku menutup pintu ruang utama, kembali masuk ke dalam kamar untuk menemui Renata. Aku ingin mengucap terima kasih. Gadis pintar itu, ia telah berhasil mengalihkan perhatian Tuan Barry meski hanya untuk sementara waktu.
Tapi aku sangat terkejut.
Kamarku terlihat kosong.
Renata.
Ia sudah tidak terlihat lagi di sana.
***
Aku belum bergeming dari tempatku berdiri. Masih termangu menatap kursi yang beberapa waktu lalu sempat diduduki oleh murid kesayanganku itu.