Kris boleh bernapas lega. Jelang Natal ini kedua temannya yang usil itu untuk sementara waktu dipindahkan ke sel lain.
"Kris!" seruan keras itu membuatnya menoleh. Dilihatnya sipir perempuan---yang tadi, kembali membuka pintu jeruji. "Ada yang ingin bertemu denganmu."
Kris berdiri.
"Bergegaslah! Waktu kunjungan sangat pendek," sipir mengingatkan. Kris meraih jaket pesakitan yang teronggok di atas tikar. Ia mengenakannya sembari berjalan mengikuti langkah sipir menuju ruang tunggu.
Kris tersenyum saat mata mereka bertemu.Â
Laki-laki itu. Ia selalu datang mengunjunginya sehari sebelum Natal tiba.
Mereka duduk berhadapan.
"Bagaimana kabarmu?" laki-laki itu menegurnya dengan suara khas yang berat.
"Kabar baik, Mister," Kris menjawab pelan.
"Kau tampak kurusan, Kris," laki-laki itu menyipitkan kedua matanya. Kris menanggapinya dengan seulas senyum.
"Seperti sebelumnya, kita akan melakukan hal yang sama. Kau sudah siap, Kris?" laki-laki itu menatap Kris tak berkedip.