Jalanan menuju pekuburan tua becek dan licin. Kromo mesti berhati-hati melangkahkan kaki. Sesekali ia terpeleset dan nyaris terjatuh.
Makam Nona Isabel terletak di area paling ujung, berderet dengan makam-makam tua lainnya. Kromo mempercepat langkah. Dan ia berseru girang saat melihat sosok bergaun panjang tengah tengah duduk di samping makam yang tadi siang dibenahinya.Â
Sosok itu bersenandung lirih.
"Nina bobo...oh Nina bobo..."
"No-na..." Kromo menegur. Dibuangnya rasa takut jauh-jauh.
"Oh, Abang datang lagi setelah tadi lari terbirit-birit...hihihihhi...." sosok cantik yang dipanggil Nona itu mengikik.
"Maafkan saya Nona..." wajah Kromo tersipu. Ia berjalan mendekat, duduk menjejeri sosok bergaun panjang itu. Aroma melati bercampur dupa seketika merebak menusuk hidung.
"Abang pasti menginginkan boneka kencanaku ini, ya?" sosok itu bertanya seraya mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya yang bulat.
"I-ya...bagaimana Nona tahu?" Kromo bertanya heran.
"Tentu saja aku tahu. Abang bukan orang pertama yang menginginkan bonekaku ini. Hihihihi...." sosok cantik itu tertawa lagi. Setelah tawanya mereda ia berbisik, "tapi sejauh ini tidak seorang pun yang berhasil merebutnya dariku."
"Nona tidak berkenan memberikan boneka itu?"